Matakatolik.com - Dirjen Bimas Katolik Kementerian Agama RI, Yohanes Bayu Samodro, membuka Seminar dan Kursus Kepemimpinan Dasar (KKD) Pemuda Katolik DKI Jakarta Tahun 2020. Acara yang bertema “Peran Pemuda Katolik dalam Membumikan Moderasi Beragama” ini berlangsung di Aula Jayakarta, Kanwil Kementerian Agama Provinsi DKI Jakarta, Minggu (6/9/).
Bayu mengatakan betapa pentingnya peran kita dalam membangun peradabang bangsa. Sebab, ancaman persatuan semakin sering terjadi.
“Radikalisme bisa muncul dimana saja dan dari agama mana saja termasuk dari agama kita sendiri. Untuk itu penting bagaimana kita mampu berperan dalam membangun peradaban bangsa dan dalam hal ini pentingnya kita membangun penguatan moderasi beragama,” kata Bayu.
Ia mengatakan, jumlah umat Katolik yang tidak banyak bukan menjadi hambatan untuk berkontribusi bagi bangsa Indonesia.
“Populasi jumlah umat Katolik itu tidak banyak karena tidak sampai 5 % akan tetapi bukan persoalan minoritasnya melainkan bagaimana kita yang secara minoritas ini bertingkah laku dan bersikap secara kreatif dan bermakna bagi bangsa,” imbuh Bayu.
Selain membuka acara tersebut, Bayu juga berkesempatan menjadi pembicara utama. Ia menyampaikan beberapa pokok gagasan penting untuk dapat dijadikan pemahaman bersama para peserta terkait dengan konsepsi Moderasi Beragama yang ditawarkan Kementerian Agama. Terutama untuk menguatkan komitmen bersama menjaga keseimbangan yang paripurna.
Kementerian Agama, kata dia, telah memasukkan adanya penguatan Moderasi Beragama sebagai salah satu isu besar yang tertuang dalam RPJMN 2020–2024. Program tersebut menjadi bagian yang tak terpisahkan dari strategi kebudayaan dalam memajukan sumber daya manusia Indonesia.
Bayu mengapresiasi Pemuda Katolik yang sedang memusatkan perhatian pada nasib bangsa yang majemuk melalui kaderisasi yang berkelanjutan dan secara cerdas mengambil tema Moderasi Beragama.
Pemuda Katolik saat ini diibaratkan sebagai orang muda sedang membangun peradaban bangsa dengan batu–batu semangat yang niscaya akan terangkai menjadi tembok menara kebangsaan yang kokoh.
Menurut Bayu, Moderasi Beragama masih abstrak dan masih pada tataran wacana. Untuk itu, sudah saatnya harus dibumikan secara nyata.
Meski demikian, subtansi Moderasi Beragama tidak lain menjaga kebersamaan dengan sikap tenggang rasa. Karena sikap tenggang rasa itu sendiri merupakan warisan leluhur nenek moyang kita untuk saling memahami dan ikut merasakan satu sama lain yang berbeda.
“Artinya Indonesia memiliki landasan dan modal kultural untuk mengembangkan gagasan Moderasi Beragama.”
Bayu berharap Pemuda Katolik dengan spirit mudanya bergerak secara inklusif terlibat dalam penguatan Moderasi Beragama bersama dengan pihak – pihak lain yang tidak cukup sebagai gerakan struktural melainkan juga gerakan kultural masyarakat.
Pada kesempatan tersebut, Bayu juga menyampaikan empat gagasan Bimas Katolik ke depan di anataranya pertama, terkait penyederhanaan layanan birokrasi sampai ke daerah.
Kedua, penyadaran pola pikir masyarakat dalam memaknai keber-agama-an dimana agama bukan sebagai tujuan.
Ketiga, katekese kebangsaan online agar kita berdamai dengan majunya teknologi informasi. Karena nilai–nilai keagamaan tidak cukup disampaikan dalam mimbar gereja, akan tetapi mampu menjangkau generasi milenial yang lekat dengan teknologi digital.
Keempat, pembelajaran agama Katolik sebagai katekese kontekstual dan holistik.
Matakatolik
Tidak ada komentar:
Posting Komentar