Matakatolik.com-Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Vox Populi Institut Indonesia Banten menggelar seminar online bertajuk Politik Dinasti Untuk Siapa? pada, Rabu 19 Agustus 2020. Ketua Vox Point DPD Banten, Melianus Mau Leon mengungkapkan diskusi ini untuk menyambut pemilihan kepala daerah (PILKADA) di depan mata yang tidak lepas dari isu politik dinasti.
“Politik dinasti menjadi topik yang seksi dan menarik untuk diperbincangkan karena munculnya sejumlah nama anak, menantu hingga kerabat dekat pejabat negara sebagai calon Kepala Daerah di tahun 2020 ini,” kata Melianus.
Senada dengan itu Ketua Umum Vox Point Indonesia Yohanes Handojo Budhisedjati mengungkapkan praktik politik dinasti telah lama menjadi praktek yang paling popular oleh banyak pemimpin di dunia hingga saat ini. Hal ini kata dia juga mengancam kehadiran demokrasi yang bersih.
Meski demikian Handojo tidak menampik bahwa pewarisan telenta, profesi, bakat hingga kekuasaan dari orang tua kepada anak telah menjadi hal yang biasa di masyarakat. Menurutnya, secara umum, sebagai anak tentu mengidolakan orang tuanya sehingga pantas untuk diikuti.
“Orang tua bisa menjadi patron serta kiblat bagi sang anak tentu saja dalam hal yang baik. Sebaliknya, kalau orang tuanya koruptor, serakah dan tidak bersih tentu saja berbahaya bagi masyarakat,” kata dia.
Ia menambahkan tidak ada yang salah dengan dinasti politik sejauh sejalan dengan etika politik dan cita-cita luhur demokrasi, misalnya tidak menggunakan fasilitas dan kekuasaan orang tua atau keluarga masing-masing dalam rangka memenangkan kontestasi Pilkada tersebut.
“Yang perlu dijaga dalam hal ini adalah jangan sampai terjadinya korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN). Itulah yang dikhawatirkan oleh masyarakat, jika sebuah keluarga sedang membangun dinasti politik. Jangan sampai kekuasaan disalahgunakan untuk hal-hal tersebut di atas," terangnya.
Sementara itu Rahayu Saraswati menjelaskan komitmennya untuk menghindari politik uang dalam Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Tangerang Selatan 2020. Bersama pasangannya Muhamad, keponakan Menteri Pertahanan Prabowo Subianto itu mengatakan langkah tersebut merupakan satu upaya bersama membangun sistem demokrasi politik yang sehat.
"Ini perlu dilakukan dengan cara sistemik dan konsisten. Salah satunya dengan menghindari masuknya uang ke dalam praktik politik dan money politics seperti Pilkada. Kami mau memastikan bahwa praktik demokrasi tidak menjadikan uang sebagai pertimbangan dalam pemilihan calon kepala daerah," katanya dia.
Menurut politisi Partai Gerindra itu, daripada sibuk dengan perdebatan soal dinasti politik, Indonesia harusnya memberi perhatian pada pendidikan politik warganya. Pendidikan politik, lanjutnya, menjadi dasar adanya generasi penerus dalam perpolitikan.
"Politik bukanlah hal yang opsional, ia harus ada demi berjalannya demokrasi yang baik dan maju. Pendidikan politik pun bukan hanya diperuntukkan bagi kalangan yang ingin terjun ke dunia politik, tapi untuk semua warga negara Indonesia," kata mantan DPR RI 2014-2019 itu.
Ia mengatakan keputusan untuk maju di Pilkada Tangsel bukan karena adanya kepentingan politik semata. Dukungan kuat masyarakat Tangsel yang tampak dalam hasil survei, katanya, menjadi alasan kuat dirinya berani berkompetisi.
Untuk memenangkan Pilkada Tangsel 2020, Sara, sapaan akrabnya, mengaku akan menyatukan kekuatan antara dirinya dengan membawa kacamata dari dunia nasional, internasional dan juga suara anak muda, dengan Muhamad yang notabene adalah putra daerah Tangsel yang mengerti betul seluk beluk dan juga permasalahan yang ada selama ini.
Dia juga mengaku tak ambil pusing soal isu dinasti politik yang mengkaitkan pencalonannya di Tangsel karena ada nama besar Prabowo Subianto.
"Saya tidak fokus pada isu dinasti politik, karena tentunya dilihat di Tangsel itu rata, kita sama semuanya di sini. Jadi tinggal masyarakat yang memberikan dukungan. Silahkan pilih di antara kami siapa yang memiliki wacana, visi misi yang memang terbaik untuk Tangsel," tegas Sara.
Ia mengungkapkan tidak ada yang salah dengan dinasti atau caln politik. Menurutnya hal tersebut terjadi di seluruh dunia, bukan hanya di Indonesia. Selain itu, sebuah dinasti atau clan tidak hanya terjadi di politik saja, tapi terjadi di seluruh bidang maupun profesi. Jadi menurutnya, hal semacam ini lumrah terjadi di mana pun.
Matakatolik
Tidak ada komentar:
Posting Komentar