Mata Katolik
Popular Readers
-
Matakatolik.com -Sejumlah tokoh nasional yang menggeluti bidang agama dan perdamaian hadiri acara Forum Titik Temu, di Ritz Carlton Hotel...
-
M ATAKATOLIK, Jakarta - Yohanes Handojo Budhisedjati ditunjuk sebagai Ketua Umum Forum Masyarakat Indonesia Emas (FORMAS). Handojo diper...
-
Matakatolik.com -Untuk Abdul Somad: Saya Tak Butuh Ucapan Selamatmu, Dan Jangan Urusi Iman Agamaku Saya tak pernah mengurusi keyakinan...
-
MATAKATOLIK.COM, Jakarta - Paus Fransiskus, yang memiliki nama lahir Jorge Mario Bergoglio adalah pemimpin Gereja Katolik Roma saat ini. D...
-
Matakatolik.Com - Kementerian Komunikasi dan Informatika akan memulai penataan ulang ( refarming ) Pita Frekuensi Radio 2,3 GHz di 9 klast...
-
Jakarta, MATAKATOLIK.COM - Menteri Investasi Indonesia, Bahlil Lahadalia dikabarkan akan maju sebagai calon Ketua Umum Partai Golkar dala...
-
Ketua Umum Vox Point Indonesia, Yohanes Handojo Budhisedjati MATAKATOLIK.COM, Jakarta - Ormas Katolik Vox Point Indonesia ikut mendukung re...
-
MATAKATOLIK.COM, Jakarta - Kepolisian Republik Indonesia(Polri) akan menggerakkan 4.520 personel keamanan, guna untuk mengamankan, pemimpin...
Solusi Untuk Anda!
Covid 19 dan Pesan Sukacaita dari Kenaikan Yesus: Sebuah Refleksi
Johanes Berchmans
Matakatolik.com-Perkembangan kasus Covid 19 terus melaju. Sampai dengan hari ini (21/05/2020) kasus positif Covid 19 di Indonesia telah mencapai 20.162 dan secara global telah mencapai angka 5.079.888. Angka itu tentu akan terus bertambah karena sampai dengan saat ini, vaksin dan obatnya masih dalam proses penelitian dan uji coba.
Banyaknya jumlah kematian yang disebabkan oleh Covid 19 tentu tidak dapat disangkal. Setiap hari kita mendapat updatenya. Kematian akibat Covid 19 merupakan salah satu hal yang mempengaruhi perubahan perilaku sosial masyarakat di hampir semua negara saat ini. Namun hal lain yang memerlukan perhatian adalah ketakutan, kegelisahan, kecemasan yang menghantui setiap orang yang masih berjuang untuk hidup saat ini.
Ketakutan dan kecemasan dapat berakibat banyak hal buruk dalam kehidupan manusia, baik secara individual, maupun secara sosial. Ketakutan dan kecemasan di satu sisi dapat mempengaruhi daya tahan tubuh seseorang. Imunitas tubuh seseorang dalam konteks ini secara langsung dapat dipengaruhi oleh masalah psikologis tersebut. Namun, sebaliknya sukacita menciptakan kesehatan yang baik bagi setiap Individu.
Kardiolog Dr. Cynthia Thai (https://www.huffpost.com/entry/joy-health_b_4612156) menungkapkan bahwa, orang yang bersuka ria memiliki lebih sedikit peluang terkena serangan jantung, tekanan darah yang lebih sehat, kolesterol rendah, manajemen berat badan, dan penurunan tingkat stres. Juga, penelitian menunjukkan bahwa orang yang bahagia lebih cenderung berolahraga, makan makanan sehat, tidur lebih baik dan menghindari merokok. Isi hidup Anda dengan sukacita untuk kesehatan dan kesejahteraan yang lebih baik.
Selain berdampak buruk bagi kehidupan pribadi, ketakutan, dan kecemasan juga dapat mempengaruhi relasi sosial. Kecemasan dan ketakutan membuat relasi sosial berlangsung dalam situasi saling mencurigai. Kita mencurigai bahwa lawan bicara kita berkemungkinan tidak sehat karena Covid 19. Relasi sosial dalam konteks ini berlangsung tidak dalam kondisi saling percaya, melainkan saling tidak percaya. Di mana-mana ketidaksaling percayaan, secara sosial dapat menghabat soliditas dan solidaritas sosial.
Secara spiritual dari sisi iman kepada Allah, orang yang hidup dalam kecemasan, ketakutan tidak akan mengalami sukacita surgawi. Hal ini disebabkan karena, orang tidak bersukacita dapat dimaknai sebagai orang yang kurang percaya pada Allah. Ia tidak percaya bahwa hidupnya ditentukan oleh kualitas jiwanya. Jiwa yang mengandalkan Kasih Allah melalui Yesus sebagai jalan.
Pertannyaa adalah bagaimana sikap iman seorang Kristen dalam menghadapi Covid 19 ini. Secara spiritual dari sisi iman kepada Allah, orang yang hidup dalam kecemasan, ketakutan tidak akan mengalami sukacita surgawi. Hal ini disebabkan karena, orang tidak bersukacita dapat dimaknai sebagai orang yang kurang percaya pada Allah. Ia tidak percaya bahwa hidupnya ditentukan oleh kualitas jiwanya. Jiwa yang mengandalkan Kasih Allah melalui Yesus sebagai jalan.
Semua orang Kristen pada umumnya, dan Indonesia khususnya telah merayakan pesta Kenaikan Yesus yang selalu jatuh pada hari kamis, dan untuk tahun ini pada hari Kamis tanggal 21 Mei 2020. Peristiwa Kenaikan Yesus ke Surga terjadi setelah 40 hari kematiannya di Salib dan kabar kebangkitanNya dari kubur. Selama 40 di satu pihak para murid hidup dalam ketidakpastian, ketakutan dan juga kecemasan. Dalam kondisi seperti Yesus secara terus menerus memberitahukan kepada para muridnya tentang Kerajaan Allah dan menjanjikan akan mengirimkan Roh penolong atau Roh Kudus kepada para murid-muridnya.
Salah satu pesan Yesus dalam 40 hari perjumpaanNya dengan para murid sebelum Ia naik ke Surga dan yang sangat relevan untuk kita saat ini adalah “Janganlah sampai hatimu gelisah, berimanlah kepada Allah, dan berimanlah juga kepadaku (Yoh:13:36; 14:1). Yesus tentu sangat paham, kegelisahan menyebakan daya tahan para murid baik secara indivual maupun secara kelompok.
Para murid tidak perlu gelisah, karena Yesus adalah jalan, keberanaran dan kehidupan (bdk.14:6). Kenaikannya ke Surga dalam konteks ini adalah bagian dari jalan, kebenaran dan kehidupan itu sendiri. Yang perlu dilakukan oleh para murid hanyalah, percaya kepada Yesus dan melakukan pekerjaan-pekerjaan yang telah diperintahkan dan diberi contoh oleh Yesus sendiri yakni memberitakan kabar baik atau kabar sucakita kepada orang-orang menderita, dan orang-orang berdosa.
Berangkat dari pesan Yesus itu, maka bagi orang Kristen, penderitaan yang disebabkan oleh Covid 19 merupakan sebuah kesempatan dan sekaligus undangan untuk memberitakan kabar sukacita dan sekaligus mengambil bagian melalui jalan Yesus itu sendiri. Dengan berada dalam jalan Yesus itu, orang Kristen mengalami kebenaran Allah, dan tentu akan menikmati kehidupan sebagaimana yang dialami oleh Yesus, tidak hanya di Surga nanti, tetapi juga di dunia ini, sekarang ini dan di sini.
Setiap orang yang menyibukkan dirinya menyampaikan kabar baik dan sukacaita kepada setiap orang menderita di satu sisi tentu adalah orang-orang yang juga penuh sukcaita di dalam dirinya sendiri. Sebab tidak ada orang yang sanggup menyampaikan kabar baik dan sukaciata, kalau di dalam dirinya sendiri penuh dengan kecemasan, dan ketakutan. Pada sisi yang lain, dengan terus menyampaikan kabar baik dan sukacaita kepada orang yang menderita, ia terus menerus menghasilkan, memperkuat, mempertebal sukaciata hidupnya sendiri. Dengan demikian, setiap orang yang menyampaikan kabar baik dan sukacaita kepada yang menderita tidak akan pernah merasa kehilangan, namun terus menerus mendapatkan sukacita dalam hidupnya. Sehingga dengan itu, ia menunjukkan kebenaran sejati dan sekaligus mengalami kehiupan yang dijanjikan oleh Yesus kepada para muridNya, sebelum ia naik ke Surga. Kehidupan yang tidak saja nanti di Surga, tetapi saat ini, disini dengan semua pengalaman manusiawinya di dunia ini.
Bagi orang Kristen jalan untuk mengalami kebahagian atau sukaciata itu adalah percaya kepada Yesus dan melakukan perintah-perintahNya. Dengan percaya dan melakukan perintah-perintah itu, orang Kristen akan mengalami sukaciata dalam hidup. Sukacaita itu adalah sebuah kebenaran yang dibuktikan dengan melakukan perintah Yesus, dan dengan sukacita itu, orang Kristen mengalami janji Yesus akan kehidupan tidak yang di Surga tetapi juga di dunia ini yang sekarang sedang dilanda kecemasan dan ketakutan. Dengan sukacita karena percaya dan melakukan perintah-perintah Yesus, orang beriman kini, disini dan dunia ini, dalam situasi Covid 19 ini turut serta mengalami Kenaikan Yesus ke Surga. Surga di mana ada sukacita yang tidak terhingga.
Johanes Berchmans
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar