Mata Katolik
Popular Readers
-
Matakatolik.com -Sejumlah tokoh nasional yang menggeluti bidang agama dan perdamaian hadiri acara Forum Titik Temu, di Ritz Carlton Hotel...
-
Matakatolik.com -Untuk Abdul Somad: Saya Tak Butuh Ucapan Selamatmu, Dan Jangan Urusi Iman Agamaku Saya tak pernah mengurusi keyakinan...
-
M ATAKATOLIK, Jakarta - Yohanes Handojo Budhisedjati ditunjuk sebagai Ketua Umum Forum Masyarakat Indonesia Emas (FORMAS). Handojo diper...
-
MATAKATOLIK.COM, Jakarta - Paus Fransiskus, yang memiliki nama lahir Jorge Mario Bergoglio adalah pemimpin Gereja Katolik Roma saat ini. D...
-
Jakarta, MATAKATOLIK.COM - Menteri Investasi Indonesia, Bahlil Lahadalia dikabarkan akan maju sebagai calon Ketua Umum Partai Golkar dala...
-
Matakatolik.Com - Kementerian Komunikasi dan Informatika akan memulai penataan ulang ( refarming ) Pita Frekuensi Radio 2,3 GHz di 9 klast...
-
Ketua Umum Vox Point Indonesia, Yohanes Handojo Budhisedjati MATAKATOLIK.COM, Jakarta - Ormas Katolik Vox Point Indonesia ikut mendukung re...
-
MATAKATOLIK.COM, Jakarta - Kepolisian Republik Indonesia(Polri) akan menggerakkan 4.520 personel keamanan, guna untuk mengamankan, pemimpin...
Solusi Untuk Anda!
Mencegah Virus Corona: Hidup Taat pada Hukum Kasih dan Hukum Tubuh
Matakatolik.com-Corona sedang masif berkembang di mana-mana. Dunia menderita ketakutan karena virus corona. Hanya karena corona anggaran militer harus dialihfungsikan untuk urusan kesehatan manusia. Ini berarti musuh negara yang paling serius pada saat ini adalah virus Corona.
Salah satu cara melawan dan menangkal corona perlu dibangun imunitas diri. Imunitas diri lebih dari sekedar imunitas tubuh. Imunitas tubuh berangkat dari paradigma kesehatan bahwa kesehatan manusia hanya berkaitan dengan tubuhnya saja. Oleh karena itu dimana-mana baik pemerintah, pun masyarakat sipil mengkampayekan perlunya meningkatkan imunitas tubuh.
Sebaliknya imunitas diri, berangkat dari paradigma manusia sebagai mahluk yang bertubuh dan berjiwa sekaligus. Manusia bukan tubuh saja, dan manusia juga bukan jiwa saja. Manusia adalah mahluk yang berjiwa-tubuh, atau bertubuh jiwa. Oleh karena itu, hidup manusia, termasuk dalam hal ini kesehatannya sangat ditentukan oleh relasi antara jiwa dan tubuhnya. Jiwa yang sehat dapat mempengaruhi tubuh tubuh yang sehat. Tubuh yang sehat dapat membuat jiwa terekspresi secara sempurna.
Itu berarti, kalau kita mengatakan virus corona tidak dapat bertahan atau hidup pada manusia dengan tingkat imunitas yang sangat baik, maka itu juga berarti berkaitan dengan imunitas jiwa dan imunitas tubuh. Atau secara singkat kita sebut sebagai imunitas diri.
Dasar pemahaman terhadap konsep imunitas diri dilandasi oleh pandangan bahwa setiap orang memiliki self laboratorium yang akan mengungkapkan secara nyata tentang yang dibutuhkan dan yang tidak dibutuhkan oleh tubuh. Proses menjadi sehat secara fisik dapat dilakukan dengan memperhatikan pesan jiwa melalui response tubuh terhadap jenis makanan dan minuman yang dikonsumsi. Karena setiap orang memiliki institusi jiwa yang senantiasa mengingatkan manusia untuk mengkonsumsi dan atau tidak mengkonsumsi jenis makanan dan minuman tertentu.
Institusi jiwa bahkan mampu me-reinforcement setiap orang setelah atau sebelum mengkonsumsi jenis makanan dan minuman tertentu. Di sini dengan tegas untuk dinyatakan bahwa penguatan imunitas diri pada setiap orang ditentukan oleh dua hal yakni what we eat and what we do.
Yang pertama yakni what we eat akan berhubungan dengan asupan jenis makanan dan minùman yang ditujukan untuk menguatkan dan meningkatkan nutrisi tubuh pada satu sisi sementara itu, what we do pada sisi yang lain berkaitan dengan tindakan perbuatan kebaikan hidup untuk pemenuhan nutrisi jiwa. Dengan kata lain what we do berkatian dengan tindakan kasih.
Kedua jenis asupan nutrisi tersebut berbeda sumber asalnya. Yang diasup oleh nutrisi tubuh datang dari luar diri kemudian dibawa masuk ke dalam diri manusia untuk memenuhi kebutuhan nutrisi tubuh berupa jenis makanan dan minuman. Sementara itu, tindakan perbuatan tindakan kasih asal datangnya dari dalam diri jiwa manusia.
Pendekatan kesehatan yang berbasis pada imunitas diri dapat disebut sebagai sebuah pendekatan neoholistik. Hal ini disebabkan karena memandang kesehatan manusia terutama dalam konteks relasi jiwa dan badannya. Orang yang jiwanya selalu melakukan tindakan kasih, cederung bersukacita. Orang yang bersukacita cenderung memiliki kesehatan tubuh yang lebih baik. Jiwa yang sehat mendorong untuk berpikir baik, berbuat baik dan berkatan baik, Kualitas-kualitas ini sangat membantu manusia untuk meningkatkan kesehatanyan. Oleh karena itu, kalau imunitas tubuh manusia lemah, maka pasti yang lemah bukan hanya sistem imunitas tubuhnya. Ia juga pasti bermasalah dengan kesehatan jiwanya dalam pengertian deskriptif di atas.
Pendekatan neoholistik dengan demikian menuntut penanganan sekaligus pada dimensi jiwa dan tubuh manusia. Penangan pada kedua dimensi tersebut meliputi aspek religius spiritual, psikososial dan aspek fisiologis biologis. Karena itu bentuk treatmen yang diperlukan utk penguatan imunitas diri harus dilakukan secara holistik bahkan neoholistik di mana keterlibatan Allah sumber kehidupan manusia menjadi andalan utama manusia.
Katakan saja, pada aspek biologis fisiologis setiap individu harus mampu menahan diri dari godaan mengkonsumsi jenis makanan dan minuman yang tidak layak dan sesuai dengan sifat alamiah tubuh manusia. Dengan kata lain di satu sisi manusia harus berjuang menjauhkan diri dari makan-makanan yang sifatnya artifisial, dan mendekatkan diri pada makanan-makanan yang dekat dengan sifat alamiah tubuh manusia.
Penguatan imunitas diri pada aspek psikososial berkaitan dengan di satu sisi menahan diri dari marah-marah, benci, dendam, iri hati, cemburu dan berbagai penyakit psikososial yang lainnya. Sebab, hal-hal itu dapat saja mempengaruhi tekanan darah, dan ritme jantungnya. Serta pada sisi lain berusaha untuk selalu sabar, tabah, dan rendah hati, optimis, dan lain sebagainya.
Secara religius spiritual seperti harap dan berserah diri dan teguh beriman kepada Allah sumber hidup manusia, doa dan solat dan jauhkan rasa takut, cemas, gelisah dan jauhkan marah, dendam dan benci dan jangan sombong. Dengan cara seperti itu, imunitas diri menjadi kuat dan berdaya tahan serta menguatkan institusi jiwa akan memberi landasan untuk menguatkan imunitas diri pada institusi tubuh. Artinya tubuh sehat dan imun hanya ada dalam kesehatan dan imunitas jiwa dan bukan sebaliknya. Jiwalah yang menghidupkan dan menggerakan tubuh dan bukan tubuh yang menghidupkan jiwa; Corpus Sanum in Mentem Sanam.
Oleh Dr. Rufus Patty Wutun
(Dosen Psikologi, Universitas Cendana Kupang)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar