Headline News

Pencegahan Virus Corona Memerlukan Kesadaran dan Tindakan Kolektif



Yustinus Suhardi Ruman

Matakatolik.com-Sejak akhir tahun 2019 sampai dengan hari ini, umat manusia sedang dirundung kecemasan, ketakutan dan duka yang belum jelas kapan akan berhenti. Hal ini disebabkan oleh virus corona yang datang dengan mengejutkan hampir semua negara dan masyarakat di dunia ini. Sampai dengan saat ini (23/03/2020) virus itu telah menyebar ke 192 negara dengan jumlah kematian seluruhanya 14.753 jiwa. Di Indonesia sendiri, sampai dengan  hari ini (23/03/2020) sudah terdapat 579 kasus dengan angka kematian 49 jiwa. Menurut prediksi para ahli angka-angka tersebut akan terus bergerak naik.

Virus Corona tidak hanya bersifat epidemik tetapi juga pandemik. Begitu para ahli penyakit menular menerangkannya. Epidemik artinya bahwa virus corona  dapat bertumbuh dan menyebar dengan luas dan bahkan tidak terkendali dalam sebuah wilayah geografis, dan pandemik artinya, penyebarannya menjadi lebih global. Pada tingkat global solidaritas sosial, politik, ekonomi sangat diperlukan.

Konteks artikel mini ini adalah kesadaran dan tindakan kolektif pada tingkat nasional di Indonesia. Artinya, kesuksesan penanganan dan pencegahan penyebaran virus corona sangat bergantung pada tindakan sosial kolektif dari seluruh warga bangsa. Setiap orang, setiap kelompok harus memiliki kesadaran yang sama dan secara serentak bertindak dengan cara yang sama. Salah satu tindakan yang dianjurkan dan diyakini oleh pemerintah Indonesia saat ini adalah social distancing. Dalam artikel ini saya memahaminya sebagai physical distancing.

Kalau sebagian lain masyarakat memiliki disiplin sosial seperti melakukan physical distancing, namun sebagian yang lainnya terus melakukan kontak fisik baik di pasar, transportasi publik, ruang-ruang pesta, restoran, tempat ibadat dan seterusnya, maka sudah pasti tindakan penanganan dan pencegahan penyebaran virus corona ini akan menuai biaya material  dan jiwa yang sangat besar dan banyak. Selain itu, ancamannya dapat terjadi untuk waktu yang panjang. Sebuah waktu yang dapat memeras ketahanan mental sampai pada titik akhir kehidupan seseorang atau warga negara. Sebuah waktu yang akan menguras seluruh sumber daya negara yang sangat besar.

Disiplin sosial untuk melakukan physical distancing bukan sebuah pilihan, melainkan sebuah keharusan yang mesti dilakukan oleh semua orang secara kolektif. Sebab, pilihan, dan tindakan satu orang, satu kelompok akan sangat menentukan kehidupan seseorang dan kelompok yang lainnya. Untuk sampai pada kesadaran dan tindakan kolektif seperti itu ada dua hal yang dapat dilakukan. Satu bersifat eksternal dan koersif dan yang lainnya bersifat internal, bebas dan berintegritas.

Pertama, tindakan eksternal dan koersif bersifat struktural baik yang berasal dari negara, lembaga-lembaga agama, politik dan juga ekonomi. Setiap orang atau kelompok harus dipaksakan dengan sedemikian rupa cara untuk memastikan bahwa physical distancing ini dilakukan oleh setiap warga negara, anggota kelompok dan penganut setiap agama.

Setiap lembaga dalam hal ini secara terintegrasi, melakukan gerakan bersama untuk memastikan, mendorong dan dengan kadar yang manusiawi memaksakan setiap anggota atau warga negara melakukan physical distancing ini.

Kedua, setiap orang secara bebas dan berintegritas harus menyadari bahwa setiap individu bertanggungjawab atas dan untuk hidupnya sendiri. Selain itu, juga tidak kurang nilai moralnya adalah bertanggung jawab atas hidup orang lain. Saya mungkin tidak perduli pada hidup saya sendiri. Namun tindakan dan pilihan saya atas dan terhadap hidupku sendiri, tidak akan pernah terlepas dari tindakan dan pilihan orang lain untuk hidup mereka sendiri.

Ketika pada masa krisis yang ditimbulkan oleh virus corona ini, saya tidak memiliki disiplin sosial karena saya tidak peduli dengan hidup saya sendiri, maka tindakan itu pada saat yang sama juga merampas hak orang lain untuk memilih peduli pada hidup mereka masing-masing. Dalam kondisi ini, kita bukan hanya tidak perduli pada kehidupan kita sendiri, namun pada saat yang sama kita mengabaikan hak hidup orang lain. Sampai di sini, tindakanku tidak pernah berdiri sendiri, tetapi selalu berkaitan dengan pilihan orang lain. Mengapa saya harus peduli pada hidup orang lain? Jawabannya sangat sederhana, sebab dengan cara itulah saya memenangi kehidupan ini, dan dengan cara itulah saya menjadi manusia.

Seorang psikolog sosial Erich From dalam bukunya yang berjudul The Heart of Man (1964) mengemukakan bahwa hidup itu adalah sebuah petualangan. Hanya orang-orang yang berani dapat melakukan petualangan itu. Sedangkan orang yang tidak berani cenderung memilih merusaki hidupnya sendiri, atau hidup orang lain. Mereka  pada dasarnya adalah orang yang gagal dalam petualangan itu dan  kalah terhadap kehidupan sendiri.

Saat kita melakukan physical distancing saat ini kita mengafirmasi keberanian kita untuk berpetualang dan berikhtiar memenangi kehidupan ini. Sebuah kehidupan yang tidak mungkin dapat kita raih sendiri, kecuali bersama dengan orang lain. Suatu kehidupan yang tidak hanya diperjuangkan oleh dan dari diri seindiri, melainkan selalu melalui dan melibatkan orang lain.

Yustinus Suhardi Ruman

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Copyright © 2018 MATA KATOLIK Designed by Templateism.com and Supported by PANDE

Diberdayakan oleh Blogger.
Published by Sahabat KRISTIANI