Mata Katolik
Popular Readers
-
Matakatolik.com -Sejumlah tokoh nasional yang menggeluti bidang agama dan perdamaian hadiri acara Forum Titik Temu, di Ritz Carlton Hotel...
-
Matakatolik.com -Untuk Abdul Somad: Saya Tak Butuh Ucapan Selamatmu, Dan Jangan Urusi Iman Agamaku Saya tak pernah mengurusi keyakinan...
-
M ATAKATOLIK, Jakarta - Yohanes Handojo Budhisedjati ditunjuk sebagai Ketua Umum Forum Masyarakat Indonesia Emas (FORMAS). Handojo diper...
-
MATAKATOLIK.COM, Jakarta - Paus Fransiskus, yang memiliki nama lahir Jorge Mario Bergoglio adalah pemimpin Gereja Katolik Roma saat ini. D...
-
Matakatolik.Com - Kementerian Komunikasi dan Informatika akan memulai penataan ulang ( refarming ) Pita Frekuensi Radio 2,3 GHz di 9 klast...
-
Jakarta, MATAKATOLIK.COM - Menteri Investasi Indonesia, Bahlil Lahadalia dikabarkan akan maju sebagai calon Ketua Umum Partai Golkar dala...
-
Ketua Umum Vox Point Indonesia, Yohanes Handojo Budhisedjati MATAKATOLIK.COM, Jakarta - Ormas Katolik Vox Point Indonesia ikut mendukung re...
-
MATAKATOLIK.COM, Jakarta - Kepolisian Republik Indonesia(Polri) akan menggerakkan 4.520 personel keamanan, guna untuk mengamankan, pemimpin...
Solusi Untuk Anda!
Home
Headline
Mimbar KAJ
Viktus Murin, Tokoh Kristiani 2018: "Aksi Paksa Makan Kotoran Manusia, Gejala Degradasi Moral yang Parah"
Viktus Murin, Tokoh Kristiani 2018: "Aksi Paksa Makan Kotoran Manusia, Gejala Degradasi Moral yang Parah"
Viktus Murin
Matakatolik.com-Tokoh Kristiani Tahun 2018 Pilihan Majalah Narwastu, Viktus Murin mengecam keras 'aksi paksa mengecap kotoran manusia' yang terjadi di lingkungan asrama Seminari Menengah Santa Maria Bunda Segala Bangsa (BSB) Maumere, Flores-NTT. Dia menyebut aksi itu sebagai pertanda atau fenomena degradasi moral yang sangat parah.
Kepada Matakatolik.com, Rabu (26/2/2020), Viktus yang sedang berada di Manado-Sulawesi Utara, mengaku tak masuk logikanya, seminari yang merupakan sekolah khusus di lingkungan komunitas Katolik yang menjadi tempat menjaring sekaligus menyaring para calon pastor yang kelak dapat diandalkan menjadi gembala umat, justru terpenetrasi oleh aksi yang bertentangan dengan panduan moralitas sosial.
Seperti diberitakan sebelumnya, 77 murid Seminari Menengah BSB Maumere dipaksa mengecap kotoran manusia oleh oknum seniornya (kakak kelas). Insiden jorok dan memalukan itu terjadi setelah ada murid kelas VII yang konon sengaja menyembunyikan kotorannya di dalam lemari kosong asrama. Akibat tidak ada murid yang mengakui perbuatan jorok itu, seorang kakak kelas kemudian melakukan aksi yang tidak kalah joroknya, yakni aksi paksa mengecap kotoran manusia ke mulut para murid kelas VII.
Atas insiden yang tidak biasa itu, otoritas seminari sendiri telah memberikan klarifikasi bahwa oknum senior tidak memaksakan para yuniornya memakan kotoran manusia, tetapi hanya menyetuhkan kotoran manusia di ujung sendok ke bibir para murid. Tetapi, klarifikasi tersebut dianggap publik tidak cukup memulihkan kehormatan sekolah seminari tersebut.
Menurut Viktus Murin, insiden memalukan yang terjadi di Seminari BSB itu tidak boleh dipandang remeh. Harus ditelusuri secara cermat apa motivasi di balik dua kejadian yang bertentanga dengan panduan moral tersebut; yakni menyembunyikan kotoran manusia di dalam lemari asrama dan aksi paksa makankan kotoran manusia kepada manusia.
"Ini fenomena degradasi atau keruntuhan moral yang parah. Jangan dianggap enteng peristiwa ini. Bagaimana mungkin, di sekolah yang menjadi tempat menjaring dan menyaring para calon biarawan, justru terjadi peristiwa memalukan seperti itu. Apakah seminari sudah tidak lagi punya daya resistensi yang kuat terhadap gejala degradasi moral," sesal Viktus yang kini mengemban tugas sebagai Tenaga Ahli Ketua MPR RI Bambang Soesatyo.
Sarjana pendidikan dari Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Nusa Cendana Kupang ini menegaskan, tidaklah dapat dibenarkan dari perspektif moralitas dan akal sehat aksi makankan kotoran manusia itu, apapun alasan yang melatarbelakanginya. Demikian pun perbuatan oknum murid yang menyimpan kotoran di dalam lemari, tidak dapat diterima dengan logika maupun aspek moral.
"Dari perspektif moralitas, adalah sama buruknya perbuatan oknum murid yang menyimpan kotorannya di lemari, maupun perbuatan oknum senior yang memaksa makan kotoran manusia kepada adik-adik kelasnya," kecam Viktus, alumnus SMP Katolik Mater Inviolata Larantuka-Flores Timur angkatan 1985. SMP Mater Inviolata yang diasuh para suster atau biarawati kongregasi SSPS itu, terkategori sebagai sekolah Katolik favorit di wilayah Kabupaten Flores Timur.
Mantan wartawan Pos Kupang angkatan perdana tahun 1992 ini meminta otoritas atau pimpinan Seminari BSB Maumere untuk menindak tegas semua pelaku yang terlibat dalam aksi memalukan itu, demi memberikan efek jera bagi para murid lainnya di sekolah tersebut, sekaligus sebagai refleksi keseriusan para pendidik untuk merawat fatzun kehidupan sosial yang berbasis pada moralitas pendidikan.
Viktus berharap pimpinan Seminari BSB Maumere untuk meneguhkan kembali komitmennya menjaga budaya kedisiplinan dan kualitas pembelajaran, sebagaimana yang telah menjadi riwayat panjang seminari-seminari di Flores, dan di daerah lainnya di Indonesia.
"Semenjak dulu, kualitas lulusan sekolah-sekolah seminari diakui kualitas pendidikan dan basis moralitasnya. Sebagai bagian dari umat Katolik, saya selalu berbangga hati saat mendengarkan pengakuan para pihak terhadap kualitas alumni sekolah seminari. Insiden di Seminari BSB harus dapat diambil hikmahnya. Seminari BSB Maumere mesti segera melakukan otokritik secara multidimensi untuk mengangkat kembali citra positif sekolah seminari pada umumnya. Janganlah nila setitik merusak susu sebelanga," pungkas Viktus yang juga mantan Wasekjen DPP Partai Golkar itu.
Matakatolik
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar