Headline News

Yayasan Cinta Guru Mendukung Kesejahteraan Guru Honorer


Matakatolik.com-GURU merupakan salah satu pioner pendidikan Indonesia. Bapak pendidikan Indonesia Ki Hajar Dewantara menjabarkan dengan sederhana tugas guru dalam bentuk tiga semboyan yang kemudian menjadi kompas pendidikan Indonesia kemana harus berlangkah.

Ketiga semboyan tersebut memiliki makna yang mendalam. Semboyan pertaman ‘Ing Ngarso Sung Tulodo’ mempunyai arti Guru di depan menjadi contoh atau panutan. Sedangkan semboyan ‘Ing Madyo Mbangun Karso’ seorang guru berada di tengah untuk memberi atau membangun semangat, niat, maupun kemauan". Semboyan ke tiga, ‘Tut Wuri Handayani’seorang guru berada di belakang memberikan semangat atau dorongan

Dari tiga tugas tersebut sangat gamblang peran mulia seorang guru dalam membangun manusia Indonesia. Di balik tugas mulia tersebut ternyata masih banyak guru yang belum sejahtera. Meski demikian mereka tetap kukuh untuk menuntaskan cita-cita bangsa.

Salah satu Founder Yayasan Cinta Guru Indonesia (YCGI) Andika Pratama mengungkapkan pihaknya sangat perihatin terhadap kesejahteraan guru terutama guru honorer saat ini di Indonesia. Menurutnya keadaan seperti ini tidak seimbang dengan perjuangan mereka sebagai pahlawan tanpa tanda jasa yang membebaskan rakyat Indonesia dari buta aksara dan angka.

“Realitas seperti inilah yang menjadi ide awal pembentukan YCGI yakni untuk meningkatkan kesejahteraan guru. Karena kita percaya bahwa guru yang sejahtera membuat mereka mampu mengajar lebih baik. Pada saat mereka mengajar dengan lebih baik murid-muridnya itu akan lebih baik juga,” kata Andika saat ditemui Matakatolik.com di Rose Garden Restaurant, Slipi, Jakarta, Kamis (5/12).

Ia menambahkan Yayasan ini mengemban misi peningkatan kesejahteraan dan pemberdayaan kompetensi guru di Indonesia. Salah satu program yang utama dari YCGI adalah Teacher Incentive Program (TIP).

Dalam program ini YCGI akan memberikan intensif kepada guru yang mau memberi  nilai lebih. Reword akan diberikan kepada guru  yang mau aktif di luar jam kerja mereka untuk mengajar ataupun aktifitas yang lainnya bersama siswa.

“Berarti bukan di sekolah tempat mereka mengajar tetapi di komunitas lain tempat mereka mengajar lebih. Kita kita akan memberikan insentif finansial sehingga meningkatkan taraf hidupnya atau mendapatkan uang lebih,” kata dia.

Pihaknya menginginkan guru yang terlibat adalah guru yang resmi mengajar di suatu sekolah. Selain itu tempat guru tersebut mengajar tidak harus komunitas formal  tapi boleh juga yang non-formal.

“Nanti bentuknya  adalah les-lesan dan tidak ada memungut uang dari murid-muridnya. Sebaliknya guru akan memberikan pengajaran secara gratis dari 8 hingga 10 orang di desa,” bebernya.

Untuk mendapatkan insentif, guru yang dijaring YCGI akan membuat flog tentang diri mereka sendiri dalam kegiatan belajar mengajar. Mereka akan merekam semua kegiatan mulai dari rumah sampai tempat mereka mengajar. Dalam video tersebut juga disertakan cara para guru menerapkan belajar-mengajar. Pada akhir video ada pesan kesan mereka selama proses tersebut berlangsung.

Video yang dibuat akan dipotong menjadi 10 hingga 15 menit kemudian dikirim ke  YCGI  melalui website atau email. YCGI akan memverifikasi video tersebut  apakah otentik atau tidak. Apabila lolos verifikasi maka akan mendapatkan insentif 100 ribu per hari setiap kali mengirimkan laporan flog.

“Jadi jika sebulan mereka submit 20 flog karena kerja 20 hari maka otomatis mendapat 2 juta. Atau ternyata 25 hari maka potensi yang mereka dapatkan adalah 2,5 juta,” terang Andika.

Pengamat Pendidikan Indonesia dan Direktur Utusan Khusus Tentang Pendidikkan Vox Point Indonesia Indra Charismiadji mengungkapkan saat ini sangat banyak guru di Indonesia yang penghasilannya masih belum layak.  Untuk itu wadah seperti Yayasan Cinta Guruh Indonesia sangat dibutuhkan.

“Saya mengapresiasi kehadiran yayasan ini. Saya lihat tujuannya sangat baik” kata Indra.

Ia menjelaskan saat ini jurang pemisah antara guru yang berpenghasilan tinggi khususnya guru PNS dan guru-guru honorer begitu jauh. Ia mengharapkan dengan hadirnya yayasan ini  bisa mempersempit jurang pembeda tersebut. Di sisi lain imbuhnya yayasan ini dapat mendorong produktifitas, kapasitas dan kreatifitas  guru dalam membimbing Sumber Daya Manusia (SDM) yang unggul.

Soal mekanisme, layak atau tidak, perlu dipertimbangkan mengingat harus selektif dalam hal kriteria guru. Hal ini juga dikarenakan jumlah guru terlampau banyak. Jangan sampai salah sasaran dimana orang yang diharapkan tadinya mempunyai kapasitas ternyata malah sebaliknya. Menurut Indra hal yang perlu digarisbawahi adalah kualitas guru secara umum yang dinilai masih sangat kurang.

“Kalau kualitas dan kapasitas mereka meningkat jumlah guru juga tidak terlampau banyak seperti sekarang. Dengan jumlah guru yang akan berkurang karena kapasitas naik tentunya penghasilan mereka juga meningkat karena anggarannya sama tapi jumlah tenaga lebih sedikit maka penghasilan lebih tinggi,” kata dia.

Ia menambahkan hal utama yang  harus sungguh-sungguh dikerjakan adalah mencari mereka yang kapasitasnya tinggi untuk didorong lebih.

“Daripada kita hanya menyorot masalah penghasilannya saja mengingat jumlah mereka banyak, pembaginya banyak jadi berapapun biayanya akan kerasa lebih sedikit. Jadi kapasitas dulu yang harus kita perhatikan,” pungkasnya.

Matakatolik

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Copyright © 2018 MATA KATOLIK Designed by Templateism.com and Supported by PANDE

Diberdayakan oleh Blogger.
Published by Sahabat KRISTIANI