Matakatolik.com-Mencintai lingkungan dan mengkampanyekan nilai-nilai hidup yang berkologis (Ecological life) dapat dilaksanakan atau dimulai dari hal kecil di lingkungan kita sendiri. Demikian Elin Nanus, koordinator desa (Kordes) mahasiswa yang ber-KKN di Desa Lawi kecamatan Kuwus, Kabupaten Manggarai Barat, saat dihubungi media ini melalui sambungan WhatsApp, Sabtu (27/7/2019)
Bakti sosial, membuat pagar indah, dan membuat tempat sampah yang dilakukan (diprogramkan) oleh semua kelompok mahasiswa KKN di tempat KKN-nya masing-masing adalah salah satu bentuk kampanye ekologis, bahwa kebersihan lingkungan sangat peting.
Hal itu disampaikan oleh Dr. Inosensius Sutam salah satu dosen Pembimbing Lapangan (DPL) yang membimbing kelompok KKN di Desa Lawi.
737 mahasiswa yang melaksanakan KKN di 57 desa yang tersebar di lima kecamatan (Boleng, Pacar, Welak, Kuwus, dan Macang Pacar) adalah mahasiswa semester VII dari enam program Studi FKIP Universitas Katolik Indonesia(UKI) Santu Paulus Ruteng, yakni Pendidikan Teologi, Pendidikan Bahasa Inggris, Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Pendidikan Matematika, PG-PAUD, Penddikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Lanjut Inosensius Sutam.
Terkait jumlah disetiap kelompok, Inosensius, mengatakan, 737 mahasiswa yang dibagi kedalam 57 kelompok, setiap kelompok memiliki jumlah yang bervariasi yakni 12 s.d 13 orang setiap kelompok, seperti di desa Lawi, jumlahnya 13 orang. Demikian kata Ino Inosensius Sutam.
Diketahui bahwa mahasiswa FKIP UKI Santu Paulus Ruteng berangkat menuju tempat KKN tanggal 24 Juli 2019.
Sebagaimana Pantaun media ini, bahwa hampir semua kelompok KKN diterima secara adat oleh prangkat Desa dan tokoh masyarakat setempat, bahkan ada juga yang terlebih dahulu diterima secara adat di Kecamatan sebelum penerimaan secara adat di desa masing-masing.
Sebagaimana yang dikatakan oleh Elin Nanus, “kami sangat bangga dan terharu, dengan penerimaan yang dilakukan oleh parangkat desa lawi dan tokoh masyarakat.
Tentu ini juga bagian dari pembelajaran bagi kami sebagai generasi muda untuk terus mewariskan budaya, Manggarai”.
Hal yang sama dibenarkan juga oleh Stefan Kurniawan, yang melaksanakan KKN di Desa Robo, ditegaskan juga oleh Fano yang melakasnakan KKN di desa Pong Welak, kecamatan Welak.
“Kami diterima secara adat di kantor kecamatan Kuwus, setelah itu kami langsung ke desa dan keluarahan masing-masing. Penerimaan secara adat dilaksanakan juga di kelurahan dan desa”.
Demikian dikatakan oleh beberapa mahasiswa yang melaksakan KKN di kelurahan Nantal, kecamatan Kuwus.
Menurut Fano, “Keunikan sebuah tempat akan terlihat ketika kita bisa melestarikan Budaya dan bisa merawatnya serta mempertahankan Adat dan tradisi itu secara turun-temurun.
Kami merasa bersyukur atas segala penerimaan secara adat oleh Tua Gendang Pong Welak. Kapu ibaratkan seorang ibu atau orang tua yang lagi gembira dengan senang hati menyambut sang buah hati, begitu juga ketika kita pergi berkunjung di suat tempat, dan acara ini sebagai rasa kasih sayang untuk menerima kami seperti anak mereka sendiri. Naka dalam arti bahwa, mereka merasa senang, gembira, dan bahagia dengan kedatangan tamu. Demikian kata Fano, pada akun Faceboknya.
(Feliks Hatam)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar