Headline News

Sr. Anggela Rosa: Kasih Tidak Pernah Bertanya Tentang Besarnya Pengorbanan


Matakatolik.com-Hal disampaikan oleh Sr. Anggela Rossa SSpS saat diwawancarai di komunitas Binongko Labuan Bajo Yayasan Santu Damian Cancar Sabtu (09/06/2019). Upacara perayaan misa Pentekosta di Santu Damian komunitas Binongko sangat meriah. Menurut Sr. Anggela  sebagai Kepala Komunitas Binongko bahwa hari pentekosta bagi Kongregasi SSpS merupakan perayaan yang besar karena merupakan Pelindung Kongregasi SSpS. Komunitas Binongko yang melayani kaum difabel memaknai pentekosta sebagai sebuah kebangkitan. Suster Anggela menyampaikan bahwa Tidak ada orang yang ingin terlahir tidak sempurna, semua orang ingin terlahir secara sempurna dan dihormati. Begitupun kaum difabel yang memiliki beberapa kekurangan dalam tubuhnya. Walaupun begitu, kaum difabel pun merupakan manusia yang harus dihargai dan dihormati serta dipenuhi haknya.

“Kehidupan kami bersama  para penyandang cacat, perlu melihatnya dari berbagai aspek, seperti sosial, agama, pendidikan, dan sebagainya. Dimensinya juga berbeda, ada yang cacat sejak lahir ada juga yang terjadi karena kecelakaan. Namun bagaimana pun, tak ada manusia yang ingin dilahirkan dalam keadaan cacat atau diberi kecacatan di pertengahan hidupnya. Oleh sebab itu sudah sepantasnya kita menunjukkan kasih sayang kepada mereka”.

Dalam hari raya turun Roh Kudus pada pesta pentekosta mengingatkan kami akan tugas dan pelayanan. Sebagai suster dikomunitas Binongko bersama kaum difabel saya harus rela mengorbankan waktu, tenaga dan pikiran bersama mereka kata Suster Anggela.

Bila merunut pada Undang-undang, sejatinya para penyandang cacat haruslah diberikan fasilitas lebih oleh negara, meliputi fasilitas kesehatan, pendidikan, dan umum. Sebagai warga negara, mereka juga sangat berhak memperoleh pertanggungjawaban dari negara. Kita tidak boleh memandang mereka sebelah mata walau hanya sedikit. Sebab, dibalik ketidaksempurnaan fisik atau psikis mereka, pasti terdapat kelebihan yang tak dimiliki semua orang.

Adol salah seorang penghuni dikomunitas Binongko menyampaikan bahwa Jika dilihat dalam kehidupan nyata, belum 100 persen kaum difabel haknya terpenuhi. Mulai dari soal pendidikan hingga pekerjaan. Banyak perusahaan yang enggan memperkerjakan karyawan yang menyandang disabilitas. Bukan hanya di dunia kerja, pada kehidupan sehari-hari penyandang disabilitas masih belum diterima oleh masyarakat, karena kekurangan yang ada pada tubuhnya seperti kekurangan struktur anggota tubuh kaki atau tangan, tuli, tidak bisa bicara, lumpuh, dan sebagainya. Masyarakat masih menganggap penyandang disabilitas ini sesuatu yang aneh.


Banyak pekerjaan rumah yang harus dibenahi oleh pemerintah dalam memenuhi hak penyandang disabilitas ini. Karena nyatanya, undang-undang yang sudah dibuat oleh pemerintah masih belum terealisasikan sepenuhnya dikehidupan para penyandang ini.


Ketua Penyandang Disabilitas Manggarai Barat Deni Harsidi menyampaikan tentang keberadaan kaum disabilitas yang dipandang sebelah mata. Beberapa di antaranya adalah soal pendidikan, pekerjaan, dan kehidupannya sehari-hari. Walaupun pemerintah sudah mengeluarkan aturan mengenai sekolah inklusi, namun, pada realisasinya masih banyak sekolah yang enggan menerima penyandang disabilitas ini.


“Di sini, masyarakat, pemerintah, dan orang tua harus saling bersinergi agar terealisasikan tujuan undang-undang mengenai disabilitas ini. Sehingga nantinya, dengan mendapatkan pendidikan yang sesuai dan tidak dibeda-bedakan, saat bekerja nanti penyandang ini bisa diterima oleh perusahaan tegas Deni.


Pelatihan saat duduk di bangku sekolah juga sangat penting, agar bisa berguna saat bekerja nanti. Bukan hanya pelatihan keterampilan saja, tetapi keterampilan saat bekerja di perusahaan. Sekolah hendaknya memberikan pelajaran lain mengenai bekerja di perusahaan sehingga penyandang disabilitas ini bisa lebih mempunyai semangat untuk bekerja.


Hendaknya, masyarakat pun ikut memberikan dukungan moral kepada para penyadang disabilitas dengan membuka mata dan tidak mengesampingkan lagi penyandang disabilitas ini. Sebab bagaimanapun penyandang disabilitas juga merupakan manusia yang harus dimanusiakan, bukan dicampakkan dan tidak dihormati.


Dengan saling bersinergi satu sama lain, diharapkan penyandang disabilitas bisa berkarya dan berkontribusi lebih untuk negeri ini, tak lupa untuk menghapuskan stigma bahwa penyandang disabilitas ini tidak bisa apa-apa. Sebab pada kenyataan penyadang disabilitas mempunyai banyak kreativitas dan prestasi di berbagai bidang.


Kataatan dan kesetiaan menjadi kunci utama dalam setiap pelayanan khususnya terhadap kaum difabel. Kata taat memang sangat mudah untuk diucapkan, tetapi tidak semua orang mau untuk melakukannya. Untuk dapat taat itu sebenarnya mudah, yaitu menerima tugas dan  menjalankan. Tetapi masalahnya tidak semudah itu karena sementara menerima tugas, bisa muncul adanya suatu konflik yang bertentangan dengan kemauan dan pemikiran diri sendiri sehingga dengan demikian mulai muncul keraguan dan rasa bimbang, dan akhirnya mulai mencoba menghindar untuk melakukan tugas yang Tuhan berikan.


Meskipun kita terhalang dengan perasaan bimbang, takut, cemas ataupun gagal tetapi apabila kita taat maka kemenangan demi kemenangan akan kita peroleh. Oleh sebab itu, kita harus berbahagia karena memiliki pemimpin yang sempurna yaitu Yesus Kristus yang senantiasa menuntun bahkan kadang memaksa kita untuk tetap mentaati segala apa yang telah menjadi ketetapanNya, sekalipun kita tidak suka dengan tugas tersebut.


Sr. Anggela menambahkan bahwa bahwa ketaatan itu harus disertai dengan sikap setia, tekun maupun sabar. Apabila hal itu ada dalam pikiran kita dan dibantu oleh kuasa Roh Kudus maka kita akan mengalami suatu kemenangan yang besar. Oleh sebab itu, dari beberapa teladan yang kita kita pelajari untuk diaplikasikan khususnya kehidupan bersama kaum difabel.

Vinsen Patno

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Copyright © 2018 MATA KATOLIK Designed by Templateism.com and Supported by PANDE

Diberdayakan oleh Blogger.
Published by Sahabat KRISTIANI