Matakatolik.com- Bupati Manggarai Barat Agustinus Ch Dula, menghadiri sekaligus membuka secara resmi Rapat Konferensi Sekolah-Sekolah Katolik Se daratan Flores dan Lembata.
Bupati Dula didampingi Administrator Keuskupan Ruteng Mgr Silvester San melakukan pemukulan gong sebagai tanda membuka secara resmi kegiatan.
Acara ini berlangsung di Hotel Prundi Labuan Bajo, Manggarai Barat, Kamis (19/06/2019).
Bupati Dula mengatakan kegiatan ini merupakan aksi kepedulian terhadap persoalan pendidikan Katolik.
Dula menyebut kegiatan ini tentu akan memberikan semangat dan paradigma baru.
Pada hakikatnya kata Dula bahwa konferensi ini adalah tempat untuk berbagi pendapat.
Ia mengatakan Konferensi ini bertaraf region-nusra, maka ada korelasi yang sama antara pendidikan katolik satu kebupaten dengan kebupaten yang lain di Flores-Lembata.
Maka secara bersama-sama, lanjut Gusti Dula, konferensi ini harus bisa mengkaji masalah-masalah pendidikan katolik hingga bisa mengembalikan identitas pendidikan katolik.
Ia berharap para peserta membangun dengan metode baru untuk meningkatkan mutu pendidikan katolik.
“Saya yakin kita semua dibesarkan dalam pendidikan katolik. Sehingga diharapkan melalui konferensi ini kita mampu merefeleksikan pendidikan katolik kita. Kiranya dengan konferensi ini, kita secara sadar menyampaikan persoalan-persoalan kita dan menyampaikan solusi-solusi pendidikan. Mari sama-sama melihat apa yang menjadi persoalan. Pemerintah tetap berdiri di depan, berdiri di samping untuk membantu. Pemerintah tetap setia mengurus pendidikan swasta. Kita membangun kerjasama untuk mengurus pendidikan di kabupaten kita,” katanya.
Administrator Keuskupan Ruteng Mgr Silvester San dalam sambutannya menyampaikan bahwa berdasarkan penelitian yang dilakukan Komisi Pendidikan KWI ada 13 standar Pendidikan Katolik yang dinilai.
Mgr San mengatakan hasilnya ternyata masih memiliki skor sangat rendah.
Standar tersebut di antaranya Sumber Daya Manusia, profesionalitas guru, Standar Strategi Penerimaan Siswa Baru, dan Standar Penerapan Ajaran Sosial Gereja.
Menurut Mgr San, persoalan ini sama dengan problem dan tantangan pendidikan secara nasional yang memiliki beberapa poin kelemahan.
Yakni kualitas Sumber Daya Manusia rendah, kebijakan kurikulum yang berubah-ubah, dimanfaatkan sebagai kebijakan transaksional-politis, lemahnya pembentukkan karakter jati diri bangsa, intoleran dan radikal, serta layanan pendidikan belum merata dan terdapat kesenjangan antara daerah dan kota.
Ia menambahkan bahwa pendidikan katolik dewasa ini masih berjalan kurang sinergis, kurang komunikatif, merasa cukup dan sibuk dengan diri sendiri, serta kurang kompak.
Ketua Panitia Konferensi RD. Richard Manggu Pr menyampaikan bahwa Tema konferensi ini menyentuh persoalan pendidikan Katolik.
“Saya juga sebagai Ketua Panitia Lokal mengucapkan terima kasih atas kehadiran dan partisipasi yang akan kita berikan dalam kegiatan ini. Konferensi ini terlaksana atas usaha bersama dari, oleh, dan untuk kita. Ada banyak donator yang membantu terutama dari percetakaan, serta partisipasi semua pihak. Perhatian itu menunjukkan betapa pentingnya konferensi ini,” kata RD. Richard.
Ketua Majelis Nasional Pendidikan Katolik(MNPK) RD Darmin Mbula OFM mengapresiasi atas kesediaan, ketulusan, dan kerendahan hati dari MPK Keuskupan Ruteng yang menjadi tuan rumah dalam konferensi ini.
RD Darmin menjelaskan bahwa program ini sudah lama dibuat dan baru diputuskan pada bulan Januari 2019.
Manurut RD. Darmin bahwa Flores-Lembata dipilih sebagai yang pertama.
Karena dalam sejarahnya Flores-Lembata punya peran besar dalam dunia pendidikan.
Ia mengatakan Konferensi ini harus menjadi agenda besar dari MPK Indonesia, untuk mencari dan menemukan kembali tradisi yang sehat.
Pemerintah, kata RD. Darmin punya niat yang baik untuk membantu sekolah-sekolah Katolik.
“Fokus program MPK adalah membangun peradaban kasih persaudaraan dengan membangun dialog dalam kasih. Pendidikan katolik unggul karena berpihak pada kaum miskin dan berfokus pada kasih-persaudaraan. Fokus pendidikan katolik adalah membangun pendidikan kasih persaudaraan. Ini juga sejalan dengan program Jokowi dalam Nawacita dan dikuatkan oleh pendidikan karakter dalam undang-undang," ujar RD Darmin.
Pada kesempatan tersebut, RD Darmin juga mengatakan bangsa yang cerdas adalah bangsa yang membangun peradaban kasih persaudaran.
Salah satu tantangan pendidikan kita, kata dia, adalah narkoba, radikalisme, dan intoleransi.
Ia mendorong agar kita harus membangun pendidikan katolik dengan berakar pada nilai-nilai Kitab Suci.
“Kami mengangkat kembali tema Identitas Pendidikan Katolik di Era 4.0. Maka harapan kami adalah kita menemukan kembali identitas kita, berakar pada Injil, dan berbuah pada nilai-nilai. Juga kami mengharapkan Flores-Lembata ini menjadi model untuk menyusun blueprint yang tidak mengedepankan persaingan. Dengan mengangkat kembali tema ini, maka kita hendak menajamkan lagi taring pendidikan Floresta kita,” tegasnya.
Dengan pandangan dan harapan untuk melihat Floresta sebagai model pendidikan kasih persaudaraan, ia berharap konferensi ini menghasilkan blueprint yang bisa menjadi pedomaan untuk bersinergi membentuk anak-anak katolik yang beriman, berakal budi, dan berbudaya.
Ketua MNPK Keuskupan Ruteng RD. Edi Menori menyampaikan bahwa ada dua keprihatinan yang menjadi latar belakang konferensi ini yakni mutu pendidikan dan kaburnya identitas pendidikan katolik.
Oleh karena itu kata RD. Edi seluruh konferensi adalah upaya menguatkan kembali identitas lembaga pendidikan katolik dan untuk meningkatkan mutu pendidikan di lembaga pendidikan katolik.
“Jika ini menjadi gerakan bersama maka kita akan mampu mengangkat level pendidikan kita ke level yang lebih tinggi. Oleh karena itu perlu bersikap optimis," jelasnya.
RD. Edi menambhkan bahwa berdasarkan fakta sejarahnya Flores-Lembata mempunyai sejarah pendidikan yang unggul.
Selain itu Floresta menghasilkan pendidikan unggul dengan model seminari, menerapkan model pendidikan karakter.
"Mari kita belajar dari tradisi pendidikan katolik untuk menghadapi era 4.0. Untuk itu empat komponen penting pendidikan yang harus bersinergi satu sama lain yaitu pemerintah, sekolah, pengelola, dan masyarakat," tegas RD Edi.
Jumlah peserta yang hadir pada kegiatan ini 120 orang. Mereka terdiri dari pihak sekolah, maupun perwakilan dari dinas-dinas pendidikan setiap kabupaten.
Sebagaimana diketahui, kegiatan ini diadakan Majelis Nasional Pendidikan Katolik (MNPK), bekerja sama dengan Majelis Pendidikan Katolik (MPK) di empat keuskupan yaitu Keuskupan Ruteng, Keuskupan Agung Ende, Keuskupan Maumere dan Keuskupan Larantuka.
Sejumlah pembicara antara lain Uskup Silvester San, yang menyampaikan keynote speech terkait harapan Gereja terhadap dunia pendidikan.
Kemeudian Romo Eduardus Jebarus, yang menjelaskan tentang sejarah pendidikan di Flores.
Sementara Ketua Presidium MNPK, Romo Vinsensius Darmin Mbula OFM, mengulas soal tuntutan terhadap sekolah Katolik di era 4.0.
Dan, perwakilan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Direktur Pembinaan Sekolah Dasar, H. Khamim.
Panitia juga mengundang Pemimpin Redaksi Metro TV, Don Bosco Selamun.
Ia adalah alumnus Seminari Pius XII Kisol, salah satu sekolah Katolik di MPK Ruteng.
Don Bosco akan memberi materi terkait situasi dunia pendidikan saat ini serta memperkenalkan visi Presiden Republik Indonesia Joko Widodo.
Vinsen Patno
Tidak ada komentar:
Posting Komentar