Mata Katolik
Popular Readers
-
Matakatolik.com -Sejumlah tokoh nasional yang menggeluti bidang agama dan perdamaian hadiri acara Forum Titik Temu, di Ritz Carlton Hotel...
-
Matakatolik.com -Untuk Abdul Somad: Saya Tak Butuh Ucapan Selamatmu, Dan Jangan Urusi Iman Agamaku Saya tak pernah mengurusi keyakinan...
-
M ATAKATOLIK, Jakarta - Yohanes Handojo Budhisedjati ditunjuk sebagai Ketua Umum Forum Masyarakat Indonesia Emas (FORMAS). Handojo diper...
-
MATAKATOLIK.COM, Jakarta - Paus Fransiskus, yang memiliki nama lahir Jorge Mario Bergoglio adalah pemimpin Gereja Katolik Roma saat ini. D...
-
Jakarta, MATAKATOLIK.COM - Menteri Investasi Indonesia, Bahlil Lahadalia dikabarkan akan maju sebagai calon Ketua Umum Partai Golkar dala...
-
Matakatolik.Com - Kementerian Komunikasi dan Informatika akan memulai penataan ulang ( refarming ) Pita Frekuensi Radio 2,3 GHz di 9 klast...
-
Ketua Umum Vox Point Indonesia, Yohanes Handojo Budhisedjati MATAKATOLIK.COM, Jakarta - Ormas Katolik Vox Point Indonesia ikut mendukung re...
-
MATAKATOLIK.COM, Jakarta - Kepolisian Republik Indonesia(Polri) akan menggerakkan 4.520 personel keamanan, guna untuk mengamankan, pemimpin...
Solusi Untuk Anda!
Blasius Janu: “Pemilu 2019 Siap Kalah dan Siap Menang”
Matakatolik.com-Hal ini disampaikan oleh Blasius Janu DPR terpilih partai Hanura Kabupaten Manggarai Barat saat diwawancarai dirumahnya Selasa(21/05/2019), menegaskan bahwa salah satu yang tersulit dalam dalam hidup manusia adalah menerima kekalahan, sedangakan hampir dipastikan semua orang siap ketika menghadapi kemenangan.
Ia menjelaskan respons emosional terhadap kegagalan atau kekalahan memang menyakitkan. Rasanya sangat tidak nyaman. Itu mengapa orang sering kali memenuhi otak dengan pikiran-pikiran yang sifatnya protektif setelah membuat kesalahan.
Sedangkan kemenangan bagi siapa pun yang bersaing dalam sebuah kompetisi politik pasti menginginkan kemenangan. Itu bukan hanya berlaku bagi paslon kepala daerah dan tim suksesnya, melainkan juga bagi para pendukung. Bagi para sukarelawan, sebagian besar dari mereka bergerak atas dasar hati nurani dan keyakinan calon yang mereka usung memberikan perubahan dan kebaikan bagi masyarakat. Dalam sebuah kontestasi politik, dukungan kelompok atau sukarelawan memberikan dampak sangat penting bagi paslon kepala daerah. Mereka tidak hanya menjadi penyemangat layaknya suporter sepak bola, tetapi juga dapat menjadi penentu kemenangan. Gerakan mereka yang bersifat sukarela dan didasarkan keyakinan terhadap calon yang di usung, mendorong mereka bekerja layaknya bola salju, yang ketika di atas masih kecil kemudian meluncur ke bawah bentuknya semakin besar.
Blasius menegaskan bahwa Kemenangan bagi presiden,legislative, tim sukses, dan kelompok sukarelawan perlu diraih dengan kerja keras dan usaha yang optimal. Akan tetapi, indikator itu tidak boleh dilepaskan dari strategi politik yang bijak, kemenangan harus diraih dengan cara yang baik. Hal yang perlu dicamkan ialah kemenangan yang diraih dalam persaingan politik ialah untuk kebaikan semua masyarakat.
Melakukan cara-cara yang baik dalam memperoleh kemenangan dapat membuat pengorbanan politik menjadi sangat berharga sebab menang atau kalah, banyak pihak akan tetap memberikan apresiasi positif atas upaya bersama menjalankan prinsip fair play. Akan tetapi, sebaliknya sebuah kemenangan akan menjadi tidak bermakna jika dilakukan melalui cara-cara tidak baik, seperti black campaign atau fitnah politik, serta menyinggung soal agama pihak lain yang pada akhirnya menimbulkan konflik. Meski pada umumnya persaingan pilkada selalu panas hingga pada saat pemilihan, bukan berarti hal itu akan berhenti ketika sudah ada pemenang. Apabila panasnya persaingan politik hanya terkait dengan program kerja dan perolehan suara, persoalan itu dapat berhenti hingga pada saat keluar pemenang
Maka dari itu, jika dihubungkan dengan konstelasi Pemilihan Umum (Pemilu) maka dipastikann ada calon legislatif atau Capres/Cawapres yang gagal terpilih, untuk itu para peserta pemilu sejak awal harus siap kalah, dengan demikian tidak akan menjadi beban psikologis berkepanjangan.
Memang mayoritas penduduk negeri kita sudah cukup mapan dalam berdemokrasi dengan pengalaman belasan kali Pemilu sejak merdeka 1945, namun Kontenstan dan pendukung tiada hentinya diajarkan tentang sikap dan kesiapan mental untuk menerima statuskalah dan menang pada Pemilu atau Pilkada.
Sebab bukti demokrasi itu sudah tumbuh secara sehat di Indonesiai ini, salah satunya adalah jika kedewasaan semua steakholder dalam menyikapi semua kondisi yang terjadi, termasuk jika suatu saat tertempatkan dalam kondisi berada pada pihak yang kalah, pendukung yang kalah, atau keluarga yang kalah, atau kelompok yang kalah, dalam sebuah hajatan demokrasi seperti pemilu atau pemilukada, bahkan pilkades sekalipun. Dimana, pihak yang kalah tetap membangun nuasa humanis, menghargai hasil, bahkan andaipun kecewa namun tetap menggunakan saluran formal seperti dalam bingkai regulasi yang benar. Contohnya, dengan bukti yang ada melakukan gugatan ke MK atau pengadilan, bukan berbuat rusuh atau melakukan demontrasi yang merusak asset tegas Blasius.
Vinsen Patno
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar