Yustinus Suhardi Ruman
Matakatolik.com-Gereja Katolik diseluruh dunia pada khususnya pada bulan ini merayakan pesta Paskah. Pesta paskah selalu terkait dengan penderitaan Yesus di satu pihak dan dosa manusia di pihak yang lainnya. Gereja mengajarkan bahwa penderitaan Yesus adalah tebusan terhadap dosa-dosa manusia.
Kisah dosa dan penderitaan manusia sebagai akibat dosanya dalam Kitab Suci dimulai dengan cerita tentang Adam dan Eva. Digambarkan bahwa Adam adalah manusia pertama yang Allah ciptakan. Lalu kemudian, dari tulang rusuk Adam, Allah menciptakan Eva. Adam diciptakan dari tanah, sedangkan Eva diciptakan dari tulang manusia pertama.
Berangkat dari proses penciptaan itu, kita dapat mengasumsikan bahwa Adam pada satu pihak memuat sifat alami yang sangat besar, bukan saja karena ia langsung terbuat dari tanah, tetapi juga pada tanah yang sama tercermin kasih Allah yang tidak terhingga. Eva, pada pihak yang lain memuat sifat manusiawi, bukan saja karena ia berasal dari tulang manusia, namun juga terefleksi sifat manusia yang terbatas, dan rapuh. Sifat kealamiahan Adam merefleksikan keluasan karakteristik keilahiannya, sedangkan sifat manusiawi Eva mencerminkan keterbatasan karakteristik kemanusiawiaanya.
Selanjutnya dalam Kitab Suci, Eva digambarkan sebagai orang pertama yang jatuh dalam dosa, dan oleh karena dosanya, Eva diusir dari Taman Eden. Namun bukan hanya Eva yang diusir, turut bersamanya juga Adam. Allah dalam hal ini, tidak membiarkan Eva yang terhukum, hidup dalam kesendirian, dan sepi. Tetapi, Adam menyertai Eva.
Adam merupakan simbol dari kasih Allah yang sangat luas, dan tidak terhingga. Sehingga, meskipun, ia mengusir Eva dari taman Eden, Allah tidak pernah membiarkan Eva sendirian menjalani hari-hari hukumannya. Allah selalu menyertainya. Dengan penyertaan kasih Allah terhadap Eva melalui Adam, Eva masih dapapt merasakan kasih Allah itu, supaya dengan pengalaman itu, ia tahu jalan pulang kepada Allah.
Begitulah seterusnya kisah sejarah hidup manusia beriman. Ia jatuh, dan terus jatuh lagi dalam dosa. Kitab Suci Perjanjian Lama pada dsarnya menggambarkan sejarah kejatuhan manusia dalam dosa. Namun, pada kitab yang sama pula kita mendapati gambaran tentang kasih Allah yang selalu menyertai hidup manusia yang dilukiskan dengan kisah sejarah bangsa Israel.
Allah menyertai bangsa Israel melalui para Nabi yang selalu mengingatkan mereka untuk kembali pada jalan Allah, mengajak bangsa Israel untuk bertobat. Lagi, dalam kisah itu, Allah tidak pernah membiarkan mereka hidup sendiri dalam pengembaraannya di dunia ini. Allah selalu menyertai mereka supaya mengalami kasih Allah, dan mengetahui jalan untuk kembali pada Allah. Para nabi itu adalah Adam-Adam yang mewakili kasih Allah untuk menyertai pengembaraan manusia dalam dunia hidupnya yang diwakili oleh bangsa Israel.
Kasih Allah yang selalu menyertai penggembaraan hidup manusia, pada akhirnya hadir dalam diri Yesus. Pada Kitab Suci Perjanjian Baru, Yesus digambarkan sebagai Adam yang baru. Adam yang tidak terbuat dari tanah, tetapi dari Roh Allah itu sendiri yang menjadi manusia. Adam yang baru itu tidak memiliki sifat alami seperti pada para Adam sebelumnya. Atau dapat disebut tidak memiliki sifat adami. Adam yang baru itu, semata-mata hanya memiliki sifat ilahi dalam dirinya sendiri.
Dengan kata lain, Allah sendirilah yang hadir dalam dunia pengembaraan manusia. Sebuah dunia yang dipenuhi dosa dan penderitaan. Sebuah penderitaan yang tidak disebabkan oleh Allah, tetapi oleh cara berpikir dan hidup manusia itu sendiri. Ini artinya, penderitaan yang dialami oleh manusia adalah akibat dosa yang dibuat oleh manusia.
Namun, meskipun manusia hidup dalam penderitaan dosa yang disebabkannya sendiri, Allah tidak pernah meninggalkan manusia sendirian. Allah selalu menyertai perjalan hidup manusia, supaya ia memiliki kesempatan setiap saat untuk merasakan kasih Allah, mendengarkan suara Allah memanggil untuk ia pulang kembali padaNya. Yesus dalam konteks ini merupakan Adam baru yang menyertai Israel yang baru yakni seluruh umat manusia.
Berangkat dari gambaran singkat di atas, sampai di sini paskah bukanlah pertama-tama perayaan kenangan terhadap penderitaan Yesus, sebuah perasaan yang membangkitkan haru biru perasaan kita. Sebuah perasaan yang ditegur oleh Yesus sendiri, “..jangan tangisi aku, tapi tangisilah dirimua sendiri, dan anak-anakmu..” Paskah adalah sebuah perayaan kenangan akan kasih Allah yang selalu menyertai pengembaraan hidup manusia dalam dunia kehidupannya, sebuah dunia yang digambarkan dan dialami penuh penderitaan dan dosa.
Paskah dengan demikian merupakan sebuah kesempatan, kita kembali pulang pada jalan kasih Allah. Kita pulang denga penuh sukacita, sebab meski jauh kita pergi melangkah dengan dosa dan penderitaan, pada kesejauhan itu, kita menemukan kembali kasih Allah. Kasih yang menghibur, kasih yang melahirkan sukacita, kasih yang memberi harapan bahwa kita akan sampai pada Allah.
Yustinus Suhardi Ruman
Pengajar Character Building, Universitas Bina Nusantara, Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar