Mata Katolik
Popular Readers
-
Matakatolik.com -Sejumlah tokoh nasional yang menggeluti bidang agama dan perdamaian hadiri acara Forum Titik Temu, di Ritz Carlton Hotel...
-
Matakatolik.com -Untuk Abdul Somad: Saya Tak Butuh Ucapan Selamatmu, Dan Jangan Urusi Iman Agamaku Saya tak pernah mengurusi keyakinan...
-
M ATAKATOLIK, Jakarta - Yohanes Handojo Budhisedjati ditunjuk sebagai Ketua Umum Forum Masyarakat Indonesia Emas (FORMAS). Handojo diper...
-
MATAKATOLIK.COM, Jakarta - Paus Fransiskus, yang memiliki nama lahir Jorge Mario Bergoglio adalah pemimpin Gereja Katolik Roma saat ini. D...
-
Matakatolik.Com - Kementerian Komunikasi dan Informatika akan memulai penataan ulang ( refarming ) Pita Frekuensi Radio 2,3 GHz di 9 klast...
-
Jakarta, MATAKATOLIK.COM - Menteri Investasi Indonesia, Bahlil Lahadalia dikabarkan akan maju sebagai calon Ketua Umum Partai Golkar dala...
-
Ketua Umum Vox Point Indonesia, Yohanes Handojo Budhisedjati MATAKATOLIK.COM, Jakarta - Ormas Katolik Vox Point Indonesia ikut mendukung re...
-
Matakatolik.com -Paus Fransiskus dijadwalkan akan memimpin Misa di Istora Gelora Bung Karno (GBK) pada 2 September 2020 mendatang. Pemim...
Solusi Untuk Anda!
Pendeta ‘Menghidupkan Orang di Peti Mati’. Bagaimana Tanggapan Gereja?
Matakatolik.com-Aksi pendeta Alph Lukau yang mengklaim mampu 'menghidupkan' orang mati memantik kemarahan federasi gereja-gereja di Afrika Selatan (Afsel). Federasi menyebut ada yang salah dalam sektor keagamaan di Afrika dan tidak bisa diabaikan begitu saja.
Baca Juga: Paus Fransiskus: Rahmat Ada, Tetapi Tuhan juga Bisa Marah
Seperti dilansir media lokal Afsel, Eyewitness News, Rabu (27/2/2019), Rhema Family Churches (RFC) dan International Federation of Christian Churches (IFCC) merilis pernyataan usai video yang menampilkan aks pendeta Lukau 'menghidupkan' orang mati menjadi viral. Dalam pernyataan tersebut, RFC dan IFCC mengakui mereka merasa malu atas temuan penyelidikan Komisi CRL soal 'Komersialisasi Agama dan Penyalahgunaan Sistem Kepercayaan Umat'.
"Kita telah melihat eksploitasi orang-orang, dan penganiayaan seksual dan emosional dari orang-orang, semua ini dan banyak hal lainnya telah menodai citra gereja dan menempatkan kita dalam sorotan yang sangat buruk," demikian pernyataan RFC dan IFCC.
Baca Juga: Surat Dakwaan Ratna Sarumpaet, Gambaran Konspirasi Oprasi Sedot Lemak
Kedua federasi gereja itu mengecam perilaku pendeta Lukau dan menyebutnya sebagai penyalahgunaan kepercayaan jemaat secara gamblang.
"Klaim oleh pendeta ini (Lukau-red) telah dibuktikan sebagai sebuah kebohongan oleh pihak rumah duka yang terlibat. Ini bukanlah ajaran Yesus Kristus yang kita khotbahkan," tegas RFC dan IFCC.
Baik RFC maupun IFCC menjauhkan diri dari aksi yang disebut sebagai 'aksi tak tahu malu yang dilakukan atas nama Iman Kristen dan menggunakan Nama Kristus dengan sia-sia'. Tak hanya itu, kedua federasi gereja itu juga mengimbau jemaat untuk berhenti menjadi sosok yang mudah tertipu dan langsung percaya dengan apapun yang tampak seperti mukjizat dan mengekspose diri mereka kepada para penipu.
Seperti dilansir media lokal The Sowetan, tiga rumah duka telah melaporkan si pendeta beserta gerejanya ke polisi. Ketiga rumah duka bernama Kingdom Blue, Kings & Queens Funeral Services dan Black Phoenix itu menyebut mereka telah ditipu sehingga seolah-olah terlibat dalam aksi si pendeta.
Advokat Prince Mafu yang mewakili tiga rumah duka itu, menyatakan kliennya dimanfaatkan dengan sejumlah cara oleh perwakilan gereja. Mafu menyebut bahwa sejumlah orang yang menjadi perwakilan gereja mendekati tiga rumah duka itu secara terpisah, kemudian membeli peti mati dari satu rumah duka, memasang stiker dari rumah duka lainnya dan menyewa mobil jenazah dari rumah duka berbeda.
Baca Juga: Uang Bonus Piala AFF U-22, Marianus Sumbang Gereja
"Sangat disesalkan bahwa hasil dari plot semacam itu telah secara merugikan mempengaruhi reputasi kami sebagai penyedia layanan," ucap Mafu mewakili tiga rumah duka itu. "Kami telah melaporkan persoalan ini ke kantor polisi Jeppe untuk penyelidikan lebih lanjut," imbuhnya.
"Sangat disesalkan bahwa hasil dari plot semacam itu telah secara merugikan mempengaruhi reputasi kami sebagai penyedia layanan," ucap Mafu mewakili tiga rumah duka itu. "Kami telah melaporkan persoalan ini ke kantor polisi Jeppe untuk penyelidikan lebih lanjut," imbuhnya.
Baca Juga: Suripto: Ruang Demokrasi Harus Bebas Hoax
Komisi CRL atau Komisi untuk Promosi dan Perlindungan Hak-hak Komunitas Budaya, Agama dan Linguistik, sebelumnya menyebut 'aksi itu direkayasa untuk berusaha mendapatkan uang dari orang-orang tak berdaya'. Komisi CRL telah menyatakan akan menyelidiki insiden yang menuai kecaman publik itu.
Komisi CRL juga akan memanggil pendeta Lukau dan memaksanya menyampaikan pernyataan di bawah sumpah. Komisi CRL yang mendapat mandat langsung dari Konstitusi Afsel ini bertugas melindungi dan mempromosikan hak-hak budaya, keagamaan dan linguistik dari masyarakat yang beragam.
Matakatolik
Sumber: detik.com
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar