Mata Katolik
Popular Readers
-
Matakatolik.com -Sejumlah tokoh nasional yang menggeluti bidang agama dan perdamaian hadiri acara Forum Titik Temu, di Ritz Carlton Hotel...
-
M ATAKATOLIK, Jakarta - Yohanes Handojo Budhisedjati ditunjuk sebagai Ketua Umum Forum Masyarakat Indonesia Emas (FORMAS). Handojo diper...
-
Matakatolik.com -Untuk Abdul Somad: Saya Tak Butuh Ucapan Selamatmu, Dan Jangan Urusi Iman Agamaku Saya tak pernah mengurusi keyakinan...
-
MATAKATOLIK.COM, Jakarta - Paus Fransiskus, yang memiliki nama lahir Jorge Mario Bergoglio adalah pemimpin Gereja Katolik Roma saat ini. D...
-
Matakatolik.Com - Kementerian Komunikasi dan Informatika akan memulai penataan ulang ( refarming ) Pita Frekuensi Radio 2,3 GHz di 9 klast...
-
Jakarta, MATAKATOLIK.COM - Menteri Investasi Indonesia, Bahlil Lahadalia dikabarkan akan maju sebagai calon Ketua Umum Partai Golkar dala...
-
Ketua Umum Vox Point Indonesia, Yohanes Handojo Budhisedjati MATAKATOLIK.COM, Jakarta - Ormas Katolik Vox Point Indonesia ikut mendukung re...
-
MATAKATOLIK.COM, Jakarta - Kepolisian Republik Indonesia(Polri) akan menggerakkan 4.520 personel keamanan, guna untuk mengamankan, pemimpin...
Solusi Untuk Anda!
Misa Rabu Abu di Sekolah Tinggi Tarakanita
Matakatolik.com-Untuk memulai masa Prapaska yang menjadi penanda masa tobat selama 40 hari dalam Gereja Katolik, Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi dan Sekretari (STIKS) Tarakanita atau Sekolah Tinggi Tarakanita (STARKI) menggelar Misa Rabu, di Aula Bintang Samudera, Kampus Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi dan Sekretaris (STIKS) Tarakanita atau Sekolah Tinggi Tarakanita (STARKI) Kompleks Billy & Moon, Pondok Kelapa, Jakarta Timur, Rabu, 6 Maret 2019. Tampak Kain warna ungu mewarnai latar altar sebagai penanda pertobatan pada Misa hari itu.
Baca Juga: Pemuda Katolik Lapor Akun Facebook yang Menghina Paus Fransiskus ke Bareskrim Polri
Tampak hadir dalam Misa ini, Ketua Pengurus Yayasan Pendidikan Tinggi Tarakanita (YPTT) Dr Margaretha Margawati van Eymeren M.Hum., Ketua Sekolah Tinggi Tarakanita STARKI Sr Brigitta Veronica Raimundawati CB, S.Pd., M.T.Pd., Wakil Ketua 1 Bidang Akademik STIKS Tarakanita Jakarta Dr Agustinus Rustanta S.Pd., M.Si., Wakil Ketua III Bidang Kemahasiswaan Sr Lucia Yeni Wijayatri CB, S.Pd., M.Hum., perwakilan dosen dan karyawan, karyawan YPTT, para mahasiswa dan umat Gereja Katolik di sekitar kampus STARKI.
Baca Juga:Presiden Jokowi Menerima Pengurus PGI di Istana
Misa dipimpin oleh Pastor Rekan Paroki St. Anna - Paroki Duren Sawit, Jakarta, Romo Antonius Dimas Harjuna SJ. Dalam awal khotbahnya, Romo Dimas menyinggung salah satu gaya hidup anak muda yang sedang marak yaitu budaya minum kopi di mall-mall. Karena marak, sampai banyak kafe-kafe yang tumbuh. Yang menarik dari pengamatan Romo Dimas, budaya minum kopi di mall menurut cerita salah satu pengalaman orang muda bisa menjadi pengalaman menghadirkan keheningan atau kesendirian bagi para penikmatnya di tengah keramaian keramaian. “Bisa menjadi ‘biara’ di tengah keramaian dunia,” ujar Romo Dimas menirukan kisah orang muda tersebut.
Baca Juga: Landasan Makin Panjang, ke Labuan Bajo Makin Gampang
Biasanya, lanjut Romo Dimas, kopi yang dinikmati oleh para kaum muda justru yang disenangi adalah kopi pahit. Dengan minum kopi pahit beberapa orang muda merefleksikan bahwa dari pahitnya kopi bisa muncul kenikmatan atau manisnya kehidupan. Dari pahitnya kopi orang bisa mengakrabi realitas penderitaan yang kadang pait.
Bila dikaitkan dengan Misa Rabu Abu yang diselenggarakan di kampus STARKI ini, Romo Dimas menyatakan bahwa lewat liturgi-liturgi, bacaan, simbol-simbol dan abu yang akan disematkan pada dahi, Gereja mau memberi kesaksian bahwa Allah yang diimani umat Katolik adalah Allah yang berani bergaul dengan kedosaan manusia atau manusia yang rapuh dan lemah dan berdosa ini. Dari peristiwa ini, Allah ingin terus mau bekerja dan mendampingi manusia. Bahkan Allah mengutus Putera-Nya Yesus sendiri untuk bisa mengakrabi secara langsung kelemahan manusia.
Baca Juga: Makna Hari Rabu Abu Bagi Umat Katolik
Maka pada masa Prapaskah ini, Romo Dimas mengingatkan agar semua orang Katolik melihat realitas hidupnya, kerapuhannya, kedosaannya sambil tetap percaya bahwa Allah mau melihat hidup manusia. Dalam masa ini, diharapkan semua orang Katolik juga mau merenungkan tentang Yesus yang tersalib yang selalu melihat hidup manusia, melihat dosa dan kelemahan manusia.
“Oleh karena itu selama 40 hari ini, marilah kita berefleksi. Tuhan izinkan aku bersama-Mu melihat sejarahku juga kesalahan-kesalahan yang sudah ku buat. Jangan biarkan aku melihat dari kacamataku sendiri tetapi lewat Engkau yang sudi memberikan kekuatan kepada kami. Di situlah di tempatkan pantang dan puasa yang akan kita buat supaya kita berani bertobat,” pungkas Romo kelahiran Wonosobo, Jawa Tengah, 22 Juni 1985 ini.
Baca Juga: Simak! Berpuasa dan Berpantang Menurut Gereja Katolik
Usai khotbah dilanjutkan dengan pemberkatan Abu dan proses penerimaan abu kepada umat. Romo Dimas didampingi Ketua Sekolah Tinggi Tarakanita STARKI Sr Brigitta Veronica Raimundawati CB, S.Pd., M.T.Pd., berkenan menerimakan abu kepada umat yang hadir. Usai penerimaan Abu, upacara hari itu dilanjutkan dengan Liturgi Ekaristi.
A. Nendro Saputro
Fotografer: Yohanes Sigit
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar