Mata Katolik
Popular Readers
-
Matakatolik.com -Sejumlah tokoh nasional yang menggeluti bidang agama dan perdamaian hadiri acara Forum Titik Temu, di Ritz Carlton Hotel...
-
M ATAKATOLIK, Jakarta - Yohanes Handojo Budhisedjati ditunjuk sebagai Ketua Umum Forum Masyarakat Indonesia Emas (FORMAS). Handojo diper...
-
Matakatolik.com -Untuk Abdul Somad: Saya Tak Butuh Ucapan Selamatmu, Dan Jangan Urusi Iman Agamaku Saya tak pernah mengurusi keyakinan...
-
MATAKATOLIK.COM, Jakarta - Paus Fransiskus, yang memiliki nama lahir Jorge Mario Bergoglio adalah pemimpin Gereja Katolik Roma saat ini. D...
-
Matakatolik.Com - Kementerian Komunikasi dan Informatika akan memulai penataan ulang ( refarming ) Pita Frekuensi Radio 2,3 GHz di 9 klast...
-
Jakarta, MATAKATOLIK.COM - Menteri Investasi Indonesia, Bahlil Lahadalia dikabarkan akan maju sebagai calon Ketua Umum Partai Golkar dala...
-
Ketua Umum Vox Point Indonesia, Yohanes Handojo Budhisedjati MATAKATOLIK.COM, Jakarta - Ormas Katolik Vox Point Indonesia ikut mendukung re...
-
MATAKATOLIK.COM, Jakarta - Kepolisian Republik Indonesia(Polri) akan menggerakkan 4.520 personel keamanan, guna untuk mengamankan, pemimpin...
Solusi Untuk Anda!
Metode Propaganda Rusia Dinilai Ancam Demokrasi Indonesia
Bony Hargens
Matakatolik.Com– Pendekatan Propaganda Rusia yang dikenal dengan istilah firehouse of falsehood (FoF) dinilai bisa mengancam eksistensi demokrasi Indonesia. FoF tergambar lewat suburnya penyebaran informasi hoaks dan berkembangnya isu politik identitas.
Hal tersebut diungkapkan Direktur Lembaga Pemilih Indonesia (LPI) Bony Hargens dalam seminar bertajuk “Propaganda Rusia: Ancaman Bagi Demokrasi Kita” di Kuningan, Jakarta, Sabtu (9/2/2019).
Bony mengingatkan bahaya FoF ini dalam kampanye Pemilu 2019. Teknik ini berhasil digunakan Rusia saat mencaplok Krimea dan serangan Georgia.
“Ciri FoF ini adalah massifnya berita hoaks dan kebohongan by design. Lalu belakangan, diterapkan dalam dunia politik kepemiluan di sejumlah negara. Di Indonesia, dimulai saat Pilkada Jakarta yang sejak saat itu massif digunakan,” terang Bony menjelaskan.
Direktur LPI itu menegaskan model politik kebohongan yang diterapkan dalam konteks perang lalu dipaksa digunakan dalam kepentingan Pemilu adalah ancaman serius bagi eksistensi demokrasi dan kehidupan bernegara kita.
Karena itu, lanjut Bony, penggunaan metode propaganda Rusia ini untuk memenangkan kontestasi politik segera dihentikan karena sejumlah alasan:
Pertama, pemilu akhirnya dipandang sebagai perang sehingga peluangan kekerasan horizontal sangat mungkin terjadi. Kedua, pendekatan Rusia ini bisa menghancurkan seluruh tradisi dan budaya politik Indonesia yang berbasis kekeluargaan. Ketiga, kepemimpinan politik yang dilahirkan dari model propaganda kebohongan akan melahirkan rejim kebohongan.
Istilah propaganda Rusia ramai dibicarakan setelah calon presiden Jokowi Widodo menyebutkannya dalam kampanye di Surabaya pekan lalu. Saat itu Jokowi menyebut ada tim sukses yang memakai konsultan asing dengan menerapkan metode propaganda Rusia.
Leksi Nantu
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar