Matakatolik.com-Pembukaan Peringatan Satu Abad Pergerakan Masyarakat Katolik Indonesia ditandai dengan Perayan Ekaristi Syukur di Gereja Katedral Jakarta, Sabtu, 26 Januari 2019.
Sejarah bangsa Indonesia, menurut keyakinan iman kita adalah tempat Allah melaksanakan karya penyelamatan-Nya.
Keyakinan ini terungkap dalam doa Prefasi Tanah Air II: "Berkat jasa begitu banyak tokoh pahlawan, engkau menumbuhkan kesadaran kami sebagai bangsa. Kami bersyukur atas bahasa yang mempersatukan, dan atas Pancasila dasar kemerdekaan kami."
Ini menegaskan tiga tonggak penting:
Kebangkitan Nasional (1908)
Sumpah Pemuda (1928)
Proklamasi Kemerdekaan (1945)
Sebagai sebuah perjuangan para pendahulu kita sekaligus karya agung Allah.
Kita akan terus mengalami kehadiran Tuhan dalam sejarah bangsa kita, dengan merawat ingatan bersama kita akan sejarah bangsa yang pada akhirnya adalah buah karya dan rahmat Allah (bdk alinea Pembukaan UUD 1945: Atas berkat Rahmat Allah yang Maha kuasa) dan mengemban tanggungjawab sejarah.
Salah satu cara untuk merawat ingatan bersama dan mewujdkan tanggungjawab sejarah adalah dengan mengamalkan Pancasila.
Selain itu dapat pula dengan memperingati tonggak-tonggak sejarah yang ditorehkan para Pahlawan Nasional seperti bapak Ignatius Josef Kasimo dengan semboyannya "Salus Populi Suprema Lex", yang artinya Kesejahteraan Rakyat adalah hukum yang tertinggi.
Saya pribadi amat familier dengan Tokoh Politik Awam Katolik terkemuka dan Tokoh Hati Nurani Bangsa yang terkenal "Bersih" ini ketika menulis Skripsi S1 saya di STFK Ledalero 1993 dengan judul: "Idealisme dan Perjuangan Politik I.J.Kasimo dan Pengaruhnya Dalam Peran Politik Umat Katolik Indonesia".
Ada banyak nilai dan keutamaan yang ditimba dari Tokoh Bangsa yang dikenal dengan sebutan "The Man of Character" ini yang dalam keseluruhan kesaksian hidupnya sangat tegas "memisahkan" mana milik umum/Negara dan mana milik pribadi.
Cara lainnya adalah dengan memperingati Satu Abad Pergerakan Masyarakat Katolik Indonesia.
Hal ini bermaksud membangkitkan kesadaran kolektif sebagai Umat Katolik, bahwa kita juga mempunyai peran penting dalam Negara Indonesia. Karena itu mempunyai tanggungjawab yang besar untuk menjaga keutuhan dan kedaulatan NKRI yang kita cintai bersama ini.
Mengapa harus diadakan di Katedral Keuskupan Agung Jakarta? Karena tempat ini menjadi saksi sejarah pergerakan masyarakat Katolik Indonesia.
Di tempat ini khususnya di Aula Katedral Jakarta, di momentum 27 Oktober 1928, para Pemuda berkumpul, mengadakan rapat hampir 12 jam yang akhirnya melahirkan ikrar bersama, yang kita kenal sebagai salah satu Tanggal perjuangan Negara kita yaitu SUMPAH PEMUDA 28 Oktober 1928 di Kramat Raya itu.
Makanya sekarang ada bangunan baru di samping Sakristi Gereja Katedral Jakarta namanya PLAZA SUMPAH PEMUDA.
Perayaan Ekaristi sebagai Pembukaan Peringatan Satu Abad Pergerakan Masyarakat Katolik Indonesia, dipimpin oleh Ketua Presidium KWI, Uskup Umat Katolik TNI/Polri dan Uskup Agung Jakarta Mgr Ignatius Suharyo, didampingi para Pastor di Kerasulan TNI/Polri: RD. Rofinus Neto Wuli, RD. Yos Bintoro, RD. Paulus Nasib, dan RD. Paulus Christian Siswantoko-Sekretaris Komisi Kerawam KWI, serta RP. Paul Rahmat SVD dari Vivat Internasional.
Perayaan dengan tema "Memupuk Persaudaraan Sejati Dalam Merawat Bumi Pancasila" ini amat meriah karena dilayani dengan lagu dan tarian khas Bajawa Flores persembahan dari Ngada Ine Sina Choir (NISC) dengan dirigen dokter Sisca Sitompul Werry.
Pada acara Seremoni Pembukaan Peringatan Satu Abad Pergerakan Masyarakat Katolik Indonesia di Aula Katedral oleh Mgr Ignatius Suharyo yang ditandai dengan pemukulan gong, tampil memberikan Sambutan dari Tokoh Masyarakat Katolik Indonesia: bapak Harry Tjan Silalahi dan Ketua Umum Yayasan Ignatius Josef Kasimo: bapak Joseph Belawa Liwun.
Kita berhikmat Bangsa bermartabat.
RD. Rofinus Neto Wuli
(Moderator Nasional Vox Point Indonesia)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar