Matakatolik.Com-Hubungan iman dan politik selalu heboh. Jika iman menyangkut komiten pribadi, ritual-peribadatan, doa dan devosi, maka politik adalah urusan merebut kekuasaan, bahkan dengan menghalalkan segala cara.
Kedua aspek tersebut dalam praktiknya saling mempengaruhi, bahkan tak terpisahkan. Keterlibatan aktif orang katolik dalam politik misalnya dimaknai sebagai konsekuensi dari iman akan Yesus sekaligus manifestasi dari ajaran sosial gereja.
Hal itu disampaikan Moderator Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Vox Point Indonesia DKI Jakarta, Romo Peter C. Aman, OFM di hadapan Pengurus DPD VOX DKI saat pelantikan pengurus baru hasil resuffle periode 2017-2020, di Sanggar Prativi Building Pasar Baru, Jakarta Pusat, Senin (10/12/2018) malam.
Karena itu, iman dan politik, lanjut Doktor Teologi Moral itu, bukan dua hal yang harus dipertentangkan. Dimensi sosial iman sejalan dengan intensi utama politik untuk mewujudkan bonum commune.
Dua Kesesatan Pokok Penghayatan Iman Kita
Dalam kenyataannya, masih banyak umat katolik yang melihat iman dan politik sebagai dua soal yang tidak bisa didamaikan. Saat iman itu urusan mencapai kesucian personal, politik dilihat sebagai halangan masuk surga.
Pemahaman seperti itu, menurut Romo Peter, diakibatkan oleh dua kesesatan pokok:
Pertama, mereka yang surplus iman. Kelompok ini melihat tujuan hidup di dunia ini hanya untuk masuk surga. Mereka hanya menyibukkan diri dengan doa dan devosi, lantas lupa tugas pokok menjadi garam dan terang dunia.
"Apa-apa surga. Semua yang dilakukan didorong dan diarahkan untuk masuk surga," jelas Romo Peter.
Kedua, mereka yang sama sekali meminggirkan agama dari ruang publik dalam wajah sekularisme. Agama jadi urusan privat dan tidak boleh dibawa-bawa dalam ranah politik. Agama cukup jadi keyakinan hidup dan pedoman moral individu.
Keduanya sesat, tegas Romo Peter. Iman itu selalu berdimensi sosial: diarahkan untuk melayani sesama, peduli pada soal-soal politik, kemanusiaan dan ekologi. Gereja menegaskan prinsip sosial ini misalnya lewat ensiklik Rerum Novarum (1891). Paus Fransiskus pada 2015, lanjut Romo Peter, bahkan menegaskan hal ini di hadapan diplomat katolik, "politik itu kotor, dan karena kotor maka kalian harus masuk ke dalamnya."
Di sisi lain, politik yang bermartabat, hemat dosen STF Driyarkara itu, mesti dilandasi oleh moralitas dan etika yang bersumber dari nilai-nilai agama. Nilai keadilan dan hormat pada hak-hak individu misalnya harus jadi dasar perjuangan politik. Jadi agama sangat dibutuhkan dalam kehidupan bermasyarakat. Romo Peter menyebut Paus Benediktus XVI bahkan meyakini masyarakat tanpa dimensi spiritual adalah masyarakat yang sakit.
Maka orang katolik, harap Romo Peter, harus berdiri di jalan tengah, jalan keutamaan. Doa yang banyak itu penting dan fundamental. Tapi berbuat baik untuk bonum commune, peduli pada ekologi dan isu-isu sosial lainnya adalah pokok iman kita. "Saya rasa semangat voxian harus ada di jalan keutamaan ini," tutup Romo Peter meyakinkan.
Leksi Nantu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar