Mata Katolik
Popular Readers
-
Matakatolik.com -Sejumlah tokoh nasional yang menggeluti bidang agama dan perdamaian hadiri acara Forum Titik Temu, di Ritz Carlton Hotel...
-
M ATAKATOLIK, Jakarta - Yohanes Handojo Budhisedjati ditunjuk sebagai Ketua Umum Forum Masyarakat Indonesia Emas (FORMAS). Handojo diper...
-
Matakatolik.com -Untuk Abdul Somad: Saya Tak Butuh Ucapan Selamatmu, Dan Jangan Urusi Iman Agamaku Saya tak pernah mengurusi keyakinan...
-
MATAKATOLIK.COM, Jakarta - Paus Fransiskus, yang memiliki nama lahir Jorge Mario Bergoglio adalah pemimpin Gereja Katolik Roma saat ini. D...
-
Matakatolik.Com - Kementerian Komunikasi dan Informatika akan memulai penataan ulang ( refarming ) Pita Frekuensi Radio 2,3 GHz di 9 klast...
-
Jakarta, MATAKATOLIK.COM - Menteri Investasi Indonesia, Bahlil Lahadalia dikabarkan akan maju sebagai calon Ketua Umum Partai Golkar dala...
-
Ketua Umum Vox Point Indonesia, Yohanes Handojo Budhisedjati MATAKATOLIK.COM, Jakarta - Ormas Katolik Vox Point Indonesia ikut mendukung re...
-
MATAKATOLIK.COM, Jakarta - Kepolisian Republik Indonesia(Polri) akan menggerakkan 4.520 personel keamanan, guna untuk mengamankan, pemimpin...
Solusi Untuk Anda!
Paus Fransiskus: Perdamaian Dunia Harus Mulai Dari Setiap Individu
Matakatolik.Com-Paus Fransiskus memimpin Misa untuk para kardinal dan uskup yang telah meninggal dunia sepanjang tahun ini di Basilika St. Petrus di Vatikan pada 3 November.
Paus kelahiran Argentina ini mengatakan manusia harus menolak egoisme dan persaingan.
Paus Fransiskus mengatakan perdamaian dunia harus dimulai dari hati setiap individu dan keluarga mereka dengan mengatakan “tidak” pada egoisme dan persaingan.
“Jika kita membaca berita tentang perang – pikirkan tentang kelaparan yang dialami oleh anak-anak di Yaman, ini akibat dari perang – ‘ini sangat mengerikan, kasihan bayi-bayi miskin,’ tetapi mengapa mereka tidak punya makanan untuk dimakan?” tanya Paus Fransiskus dalam homilinya pada Misa yang diadakan pada Senin, 5/11/ 2018 di kapel di kediamannya di Kota Vatikan.
Misa dirayakan selang beberapa hari setelah media melaporkan kematian Amal Hussain, seorang bocah perempuan berumur 7 tahun asal Yaman.
Peristiwa kematian anak ini memunculkan keprihatinan baru akan dampak kerusakan akibat perang di Yaman yang dirasakan oleh warga sipil yang tidak berdosa.
"Perang yang sama yang kita kobarkan di rumah, di lembaga-lembaga kita” karena persaingan dan gosip semakin banyak bermunculan dan mengarah pada perang yang sesungguhnya yang menewaskan umat manusia, kata Paus Fransiskus.
"Maka,” kata Paus Fransiskus, “perdamaian harus dimulai dari sana: di dalam keluarga, di paroki, di lembaga, di tempat kerja dengan selalu mencari kesepahaman dan kesepakatan dan bukan kepentingan seseorang.”
Menurut bacaan Injil St. Lukas untuk hari itu, Yesus menceritakan tentang seorang Farisi terkemuka yang ketika mengadakan perjamuan hendaknya ia tidak mengundang sahabat atau saudaranya yang merasa wajib membalas kepadanya melainkan mengundang orang miskin.
“Berbahagialah engkau karena mereka tidak mempunyai apa-apa untuk membalasnya kepadamu,” kata orang Farisi itu.
Pesan Yesus, kata Paus Fransiskus, adalah menghindari perbuatan yang dilakukan hanya untuk kepentingan diri sendiri dan memilih sahabat hanya berdasarkan pada keuntungan yang bisa diperoleh.
Hanya memikirkan bagaimana sebuah hubungan bisa memberi keuntungan merupakan bentuk keegoisan, kata Paus Fransiskus. Sementara Yesus berkotbah tentang hal sebaliknya: persenan, hal yang “memperluas wawasan seseorang karena hal ini bersifat universal.”
Kenyataannya, kata Paus Fransiskus, “Yesus datang kepada kita bukan untuk mengumpulkan banyak benda atau membentuk sebuah pasukan. Bukan, bukan itu. Ia datang untuk melayani kita, memberi kita segalanya secara cuma-cuma.”
Dalam bacaan pertama untuk hari itu, kata Paus Fransiskus, St. Paulus memberi nasihat kepada jemaat di Filipi agar menjadi “sehati sepikir dalam satu kasih, satu jiwa” karena memilih sahabat berdasarkan pada apa yang bisa diraih oleh seseorang selalu memecah-belah komunitas.
"Persaingan dan kesombongan,” atau harga diri yang berlebihan, merupakan dua hal yang selalu bertentangan dengan kerukunan dan kesepakatan dalam sebuah keluarga atau komunitas, kata Paus Fransiskus.
Di dalam keluarga dan bahkan di paroki, kata Paus Fransiskus, gosip sering muncul oleh karena persaingan sebab orang berpikir bahwa cara termudah untuk menjadi pusat perhatian orang lain adalah “menjelekkan orang lain lewat gosip.”
Matakatolik
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar