Mata Katolik
Popular Readers
-
Matakatolik.com -Sejumlah tokoh nasional yang menggeluti bidang agama dan perdamaian hadiri acara Forum Titik Temu, di Ritz Carlton Hotel...
-
M ATAKATOLIK, Jakarta - Yohanes Handojo Budhisedjati ditunjuk sebagai Ketua Umum Forum Masyarakat Indonesia Emas (FORMAS). Handojo diper...
-
Matakatolik.com -Untuk Abdul Somad: Saya Tak Butuh Ucapan Selamatmu, Dan Jangan Urusi Iman Agamaku Saya tak pernah mengurusi keyakinan...
-
MATAKATOLIK.COM, Jakarta - Paus Fransiskus, yang memiliki nama lahir Jorge Mario Bergoglio adalah pemimpin Gereja Katolik Roma saat ini. D...
-
Matakatolik.Com - Kementerian Komunikasi dan Informatika akan memulai penataan ulang ( refarming ) Pita Frekuensi Radio 2,3 GHz di 9 klast...
-
Jakarta, MATAKATOLIK.COM - Menteri Investasi Indonesia, Bahlil Lahadalia dikabarkan akan maju sebagai calon Ketua Umum Partai Golkar dala...
-
Ketua Umum Vox Point Indonesia, Yohanes Handojo Budhisedjati MATAKATOLIK.COM, Jakarta - Ormas Katolik Vox Point Indonesia ikut mendukung re...
-
MATAKATOLIK.COM, Jakarta - Kepolisian Republik Indonesia(Polri) akan menggerakkan 4.520 personel keamanan, guna untuk mengamankan, pemimpin...
Solusi Untuk Anda!
Ini Pesan Ansy Lema di Balik Film 'A Man Called Ahok'
Matakatolik.Com - Film 'A Man Called Ahok' juga ditayangkan di Nusa Tenggara Timur (NTT). Film yang disutradarai Putrama Tuta ini diputar di salah satu bioskop yang berada di Kota Kupang.
Dalam pemutarannya pada Sabtu (10/11), turut hadir Yohanis Fransiskus Lema, atau yang lebih dikenal dengan Ansy Lema, yang juga adalah juru bicara Ahok.
Dalam siaran pers yang diterima, Ansy menjelaskan, film dengan bintang utama Daniel Mananta ini mendapat sambutan yang sangat luar biasa dari masyarakat Kota Kupang yang menikmatinya.
Menurut Ansy, hal ini dikarenakan film yang diproduksi oleh The United Team of Art itu merupakan sebuah film keluarga yang syarat akan nilai-nilai dan pendidikan karakter.
"A Man Called Ahok adalah sebuah film keluarga yang syarat akan nilai-nilai dan pendidikan karakter," ujar Ansy Lema.
Pendidikan karakter dalam film ini dilakukan Kim Nam, ayah Ahok. Kim Nam, tak hanya punya semangat untuk mendidik anak-anaknya agar mencintai Indonesia, tetapi juga mangajarkan mereka menempatkan kemanuisaan di atas segalanya.
"Kim Nam mendidik agar anak-anaknya mencintai Indonesia, memuliakan kemanusiaan dan memiliki kepedualian membantu kaum miskin," ungkap Ansy Lema.
Sosok Ahok, Teladan Kepemimpinan Indonesia
Mantan aktivis 98 ini juga menjelaskan tentang sosok Ahok yang dikenalnya sebagai salah seorang pemimpin transformatif dan inspiratif yang menjadi teladan kepemimpinan bagi Indonesia.
Hal ini menurutnya, tidak lepas dari penerapan nilai-nilai di dalam lingkungan keluarga dari usia dini.
"Dari sosok ayahnya, Ahok mendapatkan pelajaran tentang nilai-nilai kejujuran, kedisiplinan, dan semangat rela berkorban untuk bagaimana menjadi seorang pemimpin yang baik," jelas Ansy Lema.
Ansy Lema juga mengungkapkan bahwa dirinya sengaja menikmati film ini pada saat peringatan Hari Pahlawan karena film ini penuh akan makna tentang pentingnya menumbuhkan spirit kepahlawanan.
"Pahlawan berarti memberi, melayani, dan berkorban. Dan bukan yang mengambil apa yang menjadi milik rakyat," tegas calon anggota legislatif DPR RI Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, daerah pemilihan NTT 2 nomor urut 2 ini meyakinkan.
Empati Terhadap Sesama
Selain mengangkat nilai-nilai seperti kejujurana dan kedisplinan, The Man Called Ahok juga mengakangkat kisah tentang semangat rela berkorban yang ditopang rasa empati terhadap yang lain, khususnya mereka yang terpinggirkan.
Semangat ini tentu akan dengan mudah ditemukan dalam diri Ahok ketika memimpin DKI Jakarta.
Meskipun bagi lawan-lawan politiknya, Ahok kerap dicap 'beringas' tetapi rasa empati terhadap orang-orang kecil tumbuh dalam seluruh sikap politiknya.
"Film ini juga berkisah tentang semangat rela berkorban, juga sarat pesan empati terhadap sesama yang kurang beruntung atau terhadap masyarakat miskin," ungkap Ansy Lema.
Dalam konteks politik, Ansy Lema kembali menyinggung soal esensi politik sebagai sabuah sarana untuk melayanai publik. Sama seperti gaya kepemimpinan yang ditawarakan Ahok, Ansy Lema menegaskan bahwa memimpin berarti kesiapan untuk melayani sepenuh hati, tanpa menunggu untuk dilayani.
"Politik adalah sarana untuk melayani publik. Dengan otoritas politik yang dimiliki, pejabat bisa berbuat banyak kebaikan untuk rakyat. Memimpin berarti melayani rakyat dengan tulus, bukan justru minta dilayani," ungkap Annsy.
Di sisi lain, A Man Called Ahok menjadi antitesis atas fakta intolerasni dan kebencian yang muncul ke ruang publik kita hari-hari ini. Bagi Ansy, film ini mengajarakan kepada kita akan pentingnya merawat kebhinekaan dalam semangat persaudaraan sebagai sebuah bangsa.
"Di tengah menguatnya intoleransi dan kebencian yang dibangun atas dasar perbedaan etnik dan agama, kehadiran film ini justru menjadi antitesis sekaligus mengajarkan pentingnya merawat kebhinekaan dalam semangat persaudaraan. Kim Nam, ayah Ahok, adalah dermawan yang banyak membantu warga pribumi yang mengalami kesulitan ekonomi," ungkap Ansy.
Ansy Lema juga mengajak seluruh masyarakat NTT, khususnya masyarakat Kota Kupang, untuk menikmati film ini. "Mari bersama, kita nonton film A Man Called Ahok," ungkapnya mengajak.
Matakatolik
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar