Mata Katolik
Popular Readers
-
Matakatolik.com -Sejumlah tokoh nasional yang menggeluti bidang agama dan perdamaian hadiri acara Forum Titik Temu, di Ritz Carlton Hotel...
-
M ATAKATOLIK, Jakarta - Yohanes Handojo Budhisedjati ditunjuk sebagai Ketua Umum Forum Masyarakat Indonesia Emas (FORMAS). Handojo diper...
-
Matakatolik.com -Untuk Abdul Somad: Saya Tak Butuh Ucapan Selamatmu, Dan Jangan Urusi Iman Agamaku Saya tak pernah mengurusi keyakinan...
-
MATAKATOLIK.COM, Jakarta - Paus Fransiskus, yang memiliki nama lahir Jorge Mario Bergoglio adalah pemimpin Gereja Katolik Roma saat ini. D...
-
Matakatolik.Com - Kementerian Komunikasi dan Informatika akan memulai penataan ulang ( refarming ) Pita Frekuensi Radio 2,3 GHz di 9 klast...
-
Jakarta, MATAKATOLIK.COM - Menteri Investasi Indonesia, Bahlil Lahadalia dikabarkan akan maju sebagai calon Ketua Umum Partai Golkar dala...
-
Ketua Umum Vox Point Indonesia, Yohanes Handojo Budhisedjati MATAKATOLIK.COM, Jakarta - Ormas Katolik Vox Point Indonesia ikut mendukung re...
-
MATAKATOLIK.COM, Jakarta - Kepolisian Republik Indonesia(Polri) akan menggerakkan 4.520 personel keamanan, guna untuk mengamankan, pemimpin...
Solusi Untuk Anda!
Boni Hargens: Perda Syariah dan Injil Bisa Menggangu Demokrasi dan Pancasila
Matakatolik.Com-Direktur Lembaga Pemilih Indonesia (LPI) Boni Hargens melihat bahwa munculnya peraturan daerah yang bernuansa agama sebagai ekspresi dari otonomi daerah pascareformasi.
Ia menilai, para tokoh politik di daerah merasa paling memahami daerahnya masing-masing.
Sehingga sejumlah daerah yang mayoritas berpenduduk muslim muncul perda yang identik dengan syariah. Belakangan juga di daerah yang mayoritas penduduknya beragama Kristen juga muncul perda bernuansa Injil. Seperti di Manokwari-Papua.
"Apa pun namanya, ini dinamika baru dalam demokrasi kita. Karena ada hukum agama yang kemudian dimasukkan ke dalam hukum negara," jelas Boni di sela-sela diskusi yang yang digelar oleh LPI di Jakarta, Sabtu, 24/11/2018.
Pengamat politik Universitas Indonesia ini menjelaskan, sesungguhnya tidak ada yang salah dengan perda bernuansa agama. Namun, belakangan hal itu menjadi persoalan ketika ada kelompok yang sangat agresif memperjuangkan sistem khilafah.
Menurut Boni, kelompok itu sangat getol memperjuangkan model politik lain yang bertentangan dengan Pancasila.
Boni mencontohkan Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) yang telah dibubarkan pemerintah.
Organisasi pengusung khilafah itu menurut Boni mulai berbicara soal penolakan terhadap demokrasi, serta menyuarakan perlunya kitab suci menjadi dasar dalam merumuskan undang-undang dan peraturan-peraturan kenegaraan. Tentu saja menurutnya, hal itu bisa mengancam Pancasila.
"Di sini wacana perda bernuansa syariah kemudian memasuki pusaran diskursus yang sangat serius. Soal kelangsungan dan masa depan dari ideologi negara, yaitu Pancasila," katanya.
Karena itu Boni menegaskan, semua pihak perlu diingatkan kembali tentang pentingnya menjaga Pancasila. Terlebih, tren politik identitas menguat melalui politisasi agama.
“Saya kira pada titik tertentu ke depan, ini bisa menggeser demokrasi Pancasila dengan model yang lain. Karena itu penting semua pihak diingatkan kembali untuk bersama-sama menjaga Pancasila," pungkas Boni
North-Matakatolik
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar