Mata Katolik
Popular Readers
-
Matakatolik.com -Sejumlah tokoh nasional yang menggeluti bidang agama dan perdamaian hadiri acara Forum Titik Temu, di Ritz Carlton Hotel...
-
M ATAKATOLIK, Jakarta - Yohanes Handojo Budhisedjati ditunjuk sebagai Ketua Umum Forum Masyarakat Indonesia Emas (FORMAS). Handojo diper...
-
Matakatolik.com -Untuk Abdul Somad: Saya Tak Butuh Ucapan Selamatmu, Dan Jangan Urusi Iman Agamaku Saya tak pernah mengurusi keyakinan...
-
MATAKATOLIK.COM, Jakarta - Paus Fransiskus, yang memiliki nama lahir Jorge Mario Bergoglio adalah pemimpin Gereja Katolik Roma saat ini. D...
-
Matakatolik.Com - Kementerian Komunikasi dan Informatika akan memulai penataan ulang ( refarming ) Pita Frekuensi Radio 2,3 GHz di 9 klast...
-
Jakarta, MATAKATOLIK.COM - Menteri Investasi Indonesia, Bahlil Lahadalia dikabarkan akan maju sebagai calon Ketua Umum Partai Golkar dala...
-
Ketua Umum Vox Point Indonesia, Yohanes Handojo Budhisedjati MATAKATOLIK.COM, Jakarta - Ormas Katolik Vox Point Indonesia ikut mendukung re...
-
MATAKATOLIK.COM, Jakarta - Kepolisian Republik Indonesia(Polri) akan menggerakkan 4.520 personel keamanan, guna untuk mengamankan, pemimpin...
Solusi Untuk Anda!
Home
Nusantara
Belajar Toleransi dari Maluku, PMKRI selenggarakan Harmonisasi go to Campus di Universitas Pattimura
Belajar Toleransi dari Maluku, PMKRI selenggarakan Harmonisasi go to Campus di Universitas Pattimura
Matakatolik.Com-Bertempat di Aula Rektorat Universitas Pattimura Lantai II pada hari Kamis (15/11/2018), Pengurus Pusat Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI) menyelenggarakan kegiatan Harmonisasi go to Campus dengan tema Belajar Toleransi dari Maluku.
Kegiatan diawali dengan pertunjukan Tarian Cakalele oleh Lembaga Kalesang Adat Maluku.
Petrus Temorubun Komisaris Daerah Komisariat Daerah Maluku dan Maluku Utara sebagai pelaksana kegiatan menyampaikan Harmonisasi go to Campus semoga dapat merawat jiwa Nasionalisme kaum muda dan dapat terhindar dari tindakan paham-paham radikal.
Terkhusus buat Maluku, sangat diharapkan untuk tetap merawat persaudaraan, menjaga toleransi, serta dengan teguh menjaga kearifan Pela dan Gandong.
"Generasi muda Maluku harus merawat persatuan dan menjadi orang yang toleran. Penguatan akan pemahaman dan pengamalan Pancasila menjadi poin penting" ucapnya.
Selanjutnya dalam sambutan dan kuliah umum, Rektor Universitas Pattimura Ambon Prof. DR. Marthinus Johannes Sapteno menyampaikan sesungguhnya toleransi sudah sejak dahulu terawat di Universitas Pattimura, bahkan jauh sebelum terjadi konflik menghampiri Maluku tahun 1999-2002.
"Mahasiswa Universitas Pattimura berasal dari berbagai daerah di Indonesia, Fakultas Hukum banyak dihuni orang batak dan sulawesi, Fakultas Kedokteran juga demikian. Untuk itu kami dijuluki kampus orang basudara" ungkap beliau.
Selain itu, Prof. Johannes juga menambahkan bahwa konflik yang terjadi di Maluku perlu dikaji lebih dalam dengan kajian-kajian yang lebih Ilmiah. Hal ini untuk memperkuat predikat Maluku sebagai laboratorium perdamaian dunia. Salah satu bahan kajian adalah budaya Pela dan Gandong. Budaya tersebut menjadi alat pemersatu dalam perdamaian konflik di Maluku, bahkan setelah konflik tidak ada lagi dendam yang terjadi. Hal ini perlu menjadi bahan kajian anak muda ke depannya.
Diakhir sambutannya, Rektor mengapresiasi PMKRI yang telah melakukan kegiatan Harmonisasi go to Campus "Belajar Toleransi dari Maluku" di Universitas Pattimura.
"Saya sangat mengapresiasi kegiatan ini, harapannya ke depan menjadi kegiatan rutin dengan langkah-langkah yang lebih konkrit tentunya" tutup beliau.
Kegiatan seminar selanjutnya dibuka secara resmi oleh Staf Ahli Gubernur Rony Terias. Dalam sambutannya berharap Maluku tetap kondusif dan tetap menjaga warisan Pela dan Gandong sebagai simbol satu ikatan keluarga.
M. Syafei Nasution Kasubdit Pemulihan dan Reintegrasi Sosial Kementerian Sosial menyampaikan sesuai Undang Undang No.17 Tahun 2012 tentang Penanganan Konflik Sosial, Kemensos mempunyai program keserasian sosial, pelestarian nilai-nilai kearifan lokal, pelopor perdamaian, tanggap darurat, dan layanan dukungan psikoanalisis.
Dalam kesempatan tersebut ditambahkan Kementerian Sosial berharap ke depan bisa bermitra dengan Organisasi seperti PMKRI dan juga kampus dalam menjalankan program penganganan koflik dan menjaga toleransi.
"Konflik menghancurkan pranata sosial, agama yang satu diadu dengan agama yang lain dan semua itu biasanya atas dasar kepentingan politik" papar Dr. Abidin Wakono Wakil Ketua MUI Maluku.
Akan tetapi konflik bisa diredam apabila satu dengan yang lain memahami bahwa perdedaan merupakan alat pemersatu.
Pasca konflik Maluku tahun 1999-2002, Maluku menjadi corong toleransi. Pelaksanaan Pesparani akhir-akhir ini menjadi contoh bahwa keharmonisan itu ada di Maluku. Semua Agama mendukung hajatan Agama Katolik tersebut.
MUI Maluku sangat mendukung kegiatan-kegiatan Dialogis, mendorong setiap orang saling memahami, membangun dan memahami satu dengan yang lain.
Kemudian, RD Johanis Luturmas Pastor Moderator PMKRI Ambon megemukakan jika belajar toleransi hubungan antar umat akan terawat. Manusia yang hidup dalam ruang lingkup yang heterogen harus menyadari bahwa berbeda satu dengan yang lain. Untuk itu harus mampu menata tingkah laku jika ingin hidup damai karena setiap orang mendambakan hidup damai.
Masih menurut RD. Johanis Luturmas kekerasan akan menemukan kekerasan baru dan perdamaian tidak akan dicapai. Kalau ingin damai, berilah pertolongan kepada mereka yang membutuhkan.
Pemapar terakhir Fibrisio H Marbun Presidium Pendidikan dan Kaderisasi menyampaikan konflik memang kerap terjadi di wilayah Indonesia. Tapi, sebagai kaum muda harus mampu sebagai pelopor-pelopor perdamaian dan menjaga toleransi. Anak-anak muda harus menyadari bangsa ini kuat karena di persatukan oleh lintas etnis, agama, daerah. Kekuatan terbesar kita ada pada keberagaman, untuk itu sikap toleran harus tetap dijaga.
Menyoroti konflik yang dipicu media sosial dan banyaknya kaum muda yang tejerumus pada penyebaran informasi hoax. Ketua Presidium PMKRI Cabang Pekanbaru 2014-2015 tersebut mengajak semua orang untuk lebih jeli dan cermat dalam menggunakan media sosial.
"Kita harus mampu menyaring berita yang ada, baca judul dan isinya. Bermanfaat baru share" paparnya.
Seminar yang dipandu moderator Anakletus Fasak dari PP PMKRI tersebut selesai pukul 13.00 dan rangkaian Harmonisasi go to Campus akan dilanjutkan dengan kunjungan ke Panti Asuhan besok Jumat (16/11/2018).
Matakatolik
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar