Mata Katolik
Popular Readers
-
Matakatolik.com -Sejumlah tokoh nasional yang menggeluti bidang agama dan perdamaian hadiri acara Forum Titik Temu, di Ritz Carlton Hotel...
-
M ATAKATOLIK, Jakarta - Yohanes Handojo Budhisedjati ditunjuk sebagai Ketua Umum Forum Masyarakat Indonesia Emas (FORMAS). Handojo diper...
-
Matakatolik.com -Untuk Abdul Somad: Saya Tak Butuh Ucapan Selamatmu, Dan Jangan Urusi Iman Agamaku Saya tak pernah mengurusi keyakinan...
-
MATAKATOLIK.COM, Jakarta - Paus Fransiskus, yang memiliki nama lahir Jorge Mario Bergoglio adalah pemimpin Gereja Katolik Roma saat ini. D...
-
Matakatolik.Com - Kementerian Komunikasi dan Informatika akan memulai penataan ulang ( refarming ) Pita Frekuensi Radio 2,3 GHz di 9 klast...
-
Jakarta, MATAKATOLIK.COM - Menteri Investasi Indonesia, Bahlil Lahadalia dikabarkan akan maju sebagai calon Ketua Umum Partai Golkar dala...
-
Ketua Umum Vox Point Indonesia, Yohanes Handojo Budhisedjati MATAKATOLIK.COM, Jakarta - Ormas Katolik Vox Point Indonesia ikut mendukung re...
-
MATAKATOLIK.COM, Jakarta - Kepolisian Republik Indonesia(Polri) akan menggerakkan 4.520 personel keamanan, guna untuk mengamankan, pemimpin...
Solusi Untuk Anda!
Presiden: Potensi dan Kekuatan Bangsa Ini Akan Muncul Kalau Kita Bersatu
Matakatolik.Com - Sebagai sebuah negara besar yang dianugerahi Tuhan dengan berbagai keragaman, Indonesia memiliki potensi yang sangat besar. Potensi dan kekuatan tersebut akan muncul jika seluruh komponen bangsa bersatu.
Saat berbicara di depan masyarakat penerima sertifikat hak atas tanah di Lapangan Stadion Madya Sempaja, Kota Samarinda, Provinsi Kalimantan Timur, Kamis, 25 Oktober 2018, Presiden Joko Widodo mengimbau masyarakat untuk terus menjaga dan memelihara persatuan, kerukunan, dan persaudaraan bangsa.
"Ini biasanya mulai ruwet itu kalau ada pilihan bupati, walikota, gubernur, atau pilihan presiden. Kok kita ini kayak bukan saudara saja. Padahal kita ini saudara sebangsa dan setanah air. Hati-hati," kata Presiden.
Ia menyayangkan jika proses demokrasi yang rutin terjadi setiap lima tahun tersebut justru membuat bangsa terpecah belah. Presiden tidak menginginkan masyarakat menjadi tidak saling sapa hanya karena perbedaan pilihan dalam pesta demokrasi.
Kepala Negara memandang pesta demokrasi seharusnya menjadi ajang adu program, adu gagasan, adu ide, adu prestasi, dan adu rekam jejak. Bukan ajang untuk saling mencela, saling menjelekkan, atau bahkan saling memfitnah.
"Ini bukan tata krama Indonesia, bukan etika Indonesia, bukan nilai-nilai keindonesiaan kita yang penuh etika, tata krama, dan agamis," ujarnya.
Presiden pun bercerita dirinya pernah menjadi korban fitnah di mana ia dituduh sebagai kader PKI.
"Kita lihat coba di media sosial fitnah-fitnah yang enggak pernah berhenti. Presiden Jokowi itu PKI, coba. Astaghfirullah. PKI dibubarkan tahun 65/66, saya dilahirkan tahun 61, umur saya baru 4 tahun, masa ada PKI balita? Ampun yang namanya politik itu kadang-kadang kejamnya seperti itu," ungkapnya.
Mendengar cerita Presiden ini, masyarakat yang hadir berujar Presiden harus sabar dalam menghadapi berbagai kabar yang tidak benar itu.
"Sabar pak, sabar," kata masyarakat.
Oleh sebab itu, di penghujung pidatonya Presiden kembali mengajak seluruh masyarakat untuk menjunjung tinggi nilai-nilai agama, etika, tata krama, dan sopan santun. Karena nilai-nilai itulah yang terkandung dalam adat dan budaya Indonesia dan dalam agama yang kita anut.
"Marilah kita jaga bersama-sama kerukunan, persaudaraan, persatuan kita. Jangan sampai karena pilpres, pilgub, pilkada kita kelihatan enggak saudara lagi," tandasnya.
Matakatolik
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar