Mata Katolik
Popular Readers
-
Matakatolik.com -Sejumlah tokoh nasional yang menggeluti bidang agama dan perdamaian hadiri acara Forum Titik Temu, di Ritz Carlton Hotel...
-
M ATAKATOLIK, Jakarta - Yohanes Handojo Budhisedjati ditunjuk sebagai Ketua Umum Forum Masyarakat Indonesia Emas (FORMAS). Handojo diper...
-
Matakatolik.com -Untuk Abdul Somad: Saya Tak Butuh Ucapan Selamatmu, Dan Jangan Urusi Iman Agamaku Saya tak pernah mengurusi keyakinan...
-
MATAKATOLIK.COM, Jakarta - Paus Fransiskus, yang memiliki nama lahir Jorge Mario Bergoglio adalah pemimpin Gereja Katolik Roma saat ini. D...
-
Matakatolik.Com - Kementerian Komunikasi dan Informatika akan memulai penataan ulang ( refarming ) Pita Frekuensi Radio 2,3 GHz di 9 klast...
-
Jakarta, MATAKATOLIK.COM - Menteri Investasi Indonesia, Bahlil Lahadalia dikabarkan akan maju sebagai calon Ketua Umum Partai Golkar dala...
-
Ketua Umum Vox Point Indonesia, Yohanes Handojo Budhisedjati MATAKATOLIK.COM, Jakarta - Ormas Katolik Vox Point Indonesia ikut mendukung re...
-
MATAKATOLIK.COM, Jakarta - Kepolisian Republik Indonesia(Polri) akan menggerakkan 4.520 personel keamanan, guna untuk mengamankan, pemimpin...
Solusi Untuk Anda!
Mgr. Suharyo: Jalan Menuju Kesucian adalah Mencintai Tanah Air
Matakatolik.Com – Salah satu cara menuju kesucian adalah dengan mencintai tanah air. Sebab, perbuatan mencintai tanah air merupakan salah satu ajaran Katolik yang telah diwariskan oleh para pahlawan nasional khusunya pahlawan katolik.
“Mencintai tanah air bagi umat Katolik adalah warisan dari para perintis yang mewartakan iman katolik di negeri tercintai yang namanya Indonesia ini,” kata Uskup Umat Katolik di lingkungan TNI dan Polri (Ordinariatus Castrensis Indonesia/OCI), Mgr. Ignatius Suharyo, dalam khotabnya pada Misa Misa Kudus umat Katolik Polri, di Sekolah Tinggi Ilmu Kepolisian (PTIK) Jakarta, Kamis (20/9/2018).
Pada Misa Kudus ini Mgr. Suharyo tampil sebagai Konselebran utama. Ia didampingi Pasbanmilpol OCI RD. Rofinus Neto Wuli dan Pastor Kepala Paroki Santo Johannes Baptista Parung RD. Yustinus Joned Saputra.
Mgr. Suharyo menjelaskan, bukti cinta tanah air umat Katolik Indonesia sudah diwariskan oleh para pahlawan nasional.
Seperti peristiwa pada tahun 1922 sebelum Sumpah Pemuda. Salah satu tokoh Katolik yang sudah banyak berkontribusi untuk Indonesia adalah Franciscus Georgius Josephus Van Lith atau seringkali disingkat sebagai Frans Van Lith atau Romo Van Lith.
Romo Van Lith, kata Mgr. Suharyo menulis mengenai posisi Misionaris Belanda pada waktu itu.
“Bahwa kami para Misionaris ingin berada di tengah-tengah, tapi kalau kami harus mengambil keputusan dan memilih, kami akan memilih berpihak kepada orang pribumi (orang Indonesia),” ujarnya meniru ucapan Romo Van Lith.
Mgr. Suharyo menegaskan bahwa Misionaris Belanda dengan tegas menulis berpihak kepada orang-orang Indonesia yang dijajah oleh Belanda. “Romo Van Lith adalah orang Belanda yang berhati Jawa (Indonesia),” sambungnya memuji.
Sementara pada tahun 1928 Sumpah Pemuda sidangnya berlangsung selama tiga kali. Sidang yang terakhir dilaksanakan di gedung yang sekarang menjadi Gedung Sumpah Pemuda. Saat ini Museum Sumpah Pemuda di Jalan Kramat Raya 106 Jakarta Pusat.
Sidang kedua di dilaksanakan di salah satu gedung bioskop. Sedangkan sidang yang pertama tanggal 27 Oktober 1928 sore dilaksanakan di gedung Pemuda Katolik yang letaknya sekarang ada di Aula Gereja Katedral Jakarta.
“Silahkan membayangkan bagaimana kiprah para perintis orang muda Katolik pada jaman itu. Mereka sudah sangat terlibat khususnya dalam Sumpah Pemuda,” ungkapnya tegas.
Tidak hanya itu, Mgr. Suharyo juga menyebut dua pahlawan Katolik yang merupakan murid Romo Van Lith yakni Monsinyur Albertus Magnus Soegijapranoto, SJ dan tokoh awam Katolik Ignatius Joseph Kasimo Hendrowahyono.
Bapa Uskup meyebut kedua tokoh ini merupakan pahlawan Katolik nasional yang telah berbuat banyak bagi Gereja Katolik dan NKRI. Kita diminta untuk mengikuti spirit Katolik dan kebangsaan kedua tokoh ini.
“Kita semua tahu siapa Mgr. Soegijapranoto. Dia adalah pahlawan nasional. Tapi bukan itu yang paling penting. Yang penting adalah apa yang dia lakukan selama hidupnya sebagai seorang Uskup dan warga negara Indonesia. Banyak yang beliau lakukan. Ia menunjukkan keberpihakannya kepada Gereja Katolik dan bangsa Indonesia,” tegas Mgr, Suharyo.
Keberpihakan Mgr. Soegijapranoto untuk Indonesia dibuktikan dengan surat yang ditulisnya kepada Vatikan. Isi surat tersebut yakni meminta Vatikan untuk mengakui kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
“Vatikan pada waktu itu mempunyai peranan yang sangat besar di Eropa. Surat itu menjadi sangat penting. Maka, tak lama kemudian pimpinan Gereja Katolik memang mengakui kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia,” katanya.
Salah satu negara yang mengakui pertama-tama kemerdekaan Indonesia adalah vatikan. Hal itu, kata Mgr. Suharyo dibuktikan dengan adanya Kedutaan Vatikan di Indonesia.
“Kantor Kedutaan Vatikan ada di jalan Merdeka Timur (Jakarta) dari tahun 1948,” ujarnya.
Menurut Mgr. Suharyo, hal itu untuk menunjukkan bahwa Gereja Katolik mewariskan semangat cinta tanah air.
“Para perintis Gereja Katolik di Indonesia meninggalakan wasiat untuk mencitai tanah air,” ujarnya.
Mgr. Suharyo pun berharap agar spirit Katolik dan kebangsaan para pahlawan ini menjadi contoh bagi kita.
“Mudah-mudahan inspirasi ini dapat mendorong untuk mempersatukan kita, sambil menjalankan langkah konkrit mendapat jalan kesucian dengan mewujudkannya dengan cara mencintai tanah air,” pungkas Mgr. Suharyo .
Matakatolik – Ervan Tou
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Payah penulisnya..asal potong quote untuk judul aja.. Mgr Suharyo menyatakan: "Salah satu cara menuju kesucian adalah dengan mencintai tanah air" bukan "jalan menuju kesucian adalah mencintai tanah air"..ini bakal beda arti loh!
BalasHapuspernyataan "Salah satu" kalau dihilangkan artinya akan beda!