Mata Katolik
Popular Readers
-
Matakatolik.com -Sejumlah tokoh nasional yang menggeluti bidang agama dan perdamaian hadiri acara Forum Titik Temu, di Ritz Carlton Hotel...
-
M ATAKATOLIK, Jakarta - Yohanes Handojo Budhisedjati ditunjuk sebagai Ketua Umum Forum Masyarakat Indonesia Emas (FORMAS). Handojo diper...
-
Matakatolik.com -Untuk Abdul Somad: Saya Tak Butuh Ucapan Selamatmu, Dan Jangan Urusi Iman Agamaku Saya tak pernah mengurusi keyakinan...
-
MATAKATOLIK.COM, Jakarta - Paus Fransiskus, yang memiliki nama lahir Jorge Mario Bergoglio adalah pemimpin Gereja Katolik Roma saat ini. D...
-
Matakatolik.Com - Kementerian Komunikasi dan Informatika akan memulai penataan ulang ( refarming ) Pita Frekuensi Radio 2,3 GHz di 9 klast...
-
Jakarta, MATAKATOLIK.COM - Menteri Investasi Indonesia, Bahlil Lahadalia dikabarkan akan maju sebagai calon Ketua Umum Partai Golkar dala...
-
Ketua Umum Vox Point Indonesia, Yohanes Handojo Budhisedjati MATAKATOLIK.COM, Jakarta - Ormas Katolik Vox Point Indonesia ikut mendukung re...
-
MATAKATOLIK.COM, Jakarta - Kepolisian Republik Indonesia(Polri) akan menggerakkan 4.520 personel keamanan, guna untuk mengamankan, pemimpin...
Solusi Untuk Anda!
Empat Kabupaten di NTT Tak Ikut Pesparani Karena Ketiadaan Biaya
Matakatolik.Com – Empat kabupaten di NTT dipastikan tidak ikut Pesta Paduan Suara Gerejani Katolik (Pesparani) Tingkat Provinsi NTT yang digelar tanggal 24-27 Mei 2018. Keempat kabupaten tersebut adalah Timor Tengah Utara (TTU), Timor Tengah Selatan (TTS), Sumba Timur, dan Manggarai Timur.
Informasi yang diperoleh Matakatolik.Com, alasan tidak ikutnya empat kabupaten tersebut karena ketiadaan biaya. Kegiatan ini hanya diikuti perwakilan dari 17 Kabupaten dan Kota Kupang dengan total peserta sebanyak 1.300 orang.
Frans Salem selaku Ketua Lembaga Pembinaan dan Pengembangan Pesparani Katolik (LP3K) NTT, menjelaskan, biaya yang telah disiapkan untuk menyukseskan Pesparani pertama di NTT ini adalah Rp 4 miliar. Dana tersebut sudah termasuk dengan sumbangan sponsor dan Bank NTT.
Salem yang didampingi Kepala Kanwil Kemenag NTT Sarman Marselinus, Kadis Kebudayaan NTT Sinun Petrus Manuk, Vikjen Keuskupan Agung Kupang RD Geradus Duka Pr, Ketua MUI NTT Abdulkadir Makarim, dan Kapolres Kupang Kota AKBP Anton Ch Nugroho, mengatakan, motto Pesparani kali ini adalah Mewujudkan Persaudaraan Sejati.
“Mengapa kita buat di bulan Mei? Ini kita sesuaikan dengan gawe (Pesparani) Nasional yang dibuat di bulan Oktober di Ambon. Sebab kedua bulan ini (Oktober dan Mei) adalah bulan Maria atau oleh Gereja Katolik secara khusus memberi penghormatan untuk Bunda Maria,” ujar Salem saat Jumpa Pers di Resto Subasuka, Kupang, Selasa (22/5/2018).
Lebih lanjut Salem mengatakan Pesparani ini juga untuk menyeleksi tim Paduan Suara yang akan mewakili NTT di Pesparani Ambon.
“Semoga Pesparani ini akan lebih mempererat kerukunan umat beragama di NTT. Sebab yang ikut Pesparani ini adalah lintas agama,” bebernya.
Sementara Sinun Petrus Manuk, menjelaskan, kegiatan Pesparani NTT akan dipusatkan di Gedung Olahraga (GOR) Oepoi Kupang, Gereja St Maria Assumpta Kupang, dan Aula Utama El Tari Kupang.
Acara pembukaan Pesparani akan diawali dengan devile kebangsaan dari Gedung Sasando menuju GOR Oepoi pada pukul 14.00 Wita.
“Ada misa pembukaan oleh Yang Mulia Uskup Agung Kupang bersama para Imam Katolik pada pukul 16.00 yang dihadiri 5000 umat dan seluruh peserta dengan koor gabungan umat dan OMK sebanyak 1000 orang,” ujarnya.
“Nanti juga ada pembukaan secara kenegaraan pada pukul 18.00 oleh Gubernur NTT yang dihadiri oleh Dirjen Bimas Katolik mewakili Menteri Agama RI dan Staff Khusus Menteri mewakili Menteri ESDM RI. Lalu misa penutupan dipimpin oleh Yang Mulia Uskup Denpasar pada pukul 16.00 tanggal 27 Mei 2018 dan dihadiri para Imam di Kota Kupang. Kembali ditutup secara kenegaraan oleh Gubernur NTT, pengumuman kejuaraan, pengukuhan Duta NTT untuk Pesparani Nasional di Ambon dengan Motto Nusa Terindah Toleransi Menuju Ambon,” kata Sinun sambil berharap agar warga Kota Kupang menghadiri Pesparani untuk memberikan dukungan.
RD Geradus Duka, mengatakan, Gereja Katolik pernah melakukan Konsili Vatikan II. Konsili itu memungkinkan semua orang untuk berada di Pesparani. Gereja melihat partisipasi dalam lagu-lagu bukan saja milik kaum tertahbis tetapi milik semua umat beriman. Dalam lagu-lagu itu ada nilai inkulturasi atau unsur budaya. Kegiatan ini memiliki dasar Theologis dan Pastoral.
“Ada pelibatan umat dan sosial. Untuk mengembangkan dan menumbuhkan iman umat. Pesparani juga merupakan instrumen sosial. Gereja sebagai garam dan terang dunia. Gereja sangat menghargai khasanah yang tumbuh dari setiap karakteristik kebangsaan. Saya mengapresiasi partisipasi iman umat Katolik dan umat agama lain yang mengikuti Pesparani ini,” ucap Duka.
Matakatolik
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar