Headline News

Mgr. Suharyo: Ingin Jadi Polisi Bukan Uskup


Matakatolik.com-Tak pernah ada dalam pikirnya untuk menjadi seorang imam.  Ia hanya ingin menjadi seorang polisi.
“Saya itu dulu, selalu saya katakan, tidak pernah ingin jadi pastor. Cita-cita saya waktu SD menjadi polisi. Itulah yang namanya jalan tuhan,” ujar Uskup Agung Jakarta, Mgr. Ignatius Suharyo.
Waktu terus berjalan namun seragam polisi tak juga menempel pada tubuhnya. Kini keinginan menjadi seorang polisi hanya tinggal cerita.
Jalan hidup memang bukanlah teka-teki mudah untuk dijawab. Bahkan tak seorangpun yang tahu, tentang jalan hidupnya. Demikian pun yang terjadi pada diri Ignatius. Dia boleh saja bercita-cita menjadi seorang polisi dan memang dia sangat berhak untuk bercita-cita, namun kehendak Dia yang telah menitipkan kehidupan ini beda. Sang pemilik kehidupan ini telah merancang dan menyiapkan sebuah jalan lain bagi Ignatius kecil.
Kelas Enam SD
Panggilan itu, menurutnya, muncul secara tiba-tiba. Kala itu Ignatius kecil masih duduk di kelas 6 SD. Pada suatu kesempatan setelah misa di desanya, Ignatius ditemui pastor dan ditanya mengenai minat untuk masuk seminari pendidikan imam. Tanpa berpikir panjang seketika itupula Ignatius langsung mengiyakan tawaran itu. Walaupun ignatius belum begitu mengerti apa dan bagaiman sekolah di seminari itu. Selain itu, Ignatius kecil juga masih menyimpan satu cita-citanya menjadi seorang polisi.
Ignatius walau penuh keheranan dengan kesigapanya untuk mengikuti pendidikan di Seminari, namun ia tetap mendapat restu dari orang tua. Lantas Ignatius, mengikuti ujian masuk ke seminari, dan lulus.
“Saya lulus seminari dan masuk. Sesudah itu saya tidak mikir macam-macam. Sudah itu jalan saya,” tegas Ignatius yang kala itu masuk Seminari Mertoyudan.
Prinsip yang sama ia pegang dalam menjalani masa-masa selanjutnya, termasuk saat ditasbihkan menjadi imam meski sebenarnya ia ingin menjadi pastor paroki. Begitu pula kepatuhannya saat kemudian ditugaskan melanjutkan sekolah ke seminari tinggi.
Waktu terus bergulir,  pelayanan yang dipercayakan kepada Ignatius pun terus bertambah dan semakin tinggi, sampai Ignatius diutus menjadi seorang  uskup.
Menjadi Uskup
“Tiba-tiba saya ditunjuk menjadi uskup. Itu enggak ada sekolahnya. Tidak ada cita-citanya. (Lalu) Pindah ke Semarang. Kan tidak biasa uskup pindah tempat. Dari Keuskupan Semarang dipindahkan ke sini Jakarta,” cerita Ignatius.
Ignatius ditunjuk menjadi Uskup Agung semarang pada 21 April 1997 oleh Paus Yohanes Paulus II. Ia pun ditahbiskan pada, 22 Agustus 1997 di Gedung Olahraga Jatidiri, Semarang, Jawa Tengah. Tidak berhenti disitu, Ignatius kemudian mendapat perutusan untuk menggembala umat di ibu kota negara.
Pemimpin Gereja Katolik Dunia Paus Benediktus XVI pada tanggal 25 Juli 2009 lalu telah menunjuk Uskup Agung Semarang Mgr Ignatius Suharyo Pr sebagai Uskup Koajutor pada Keuskupan Agung Jakarta.
Setelah tiga bulan menunda keberangkatannya ke Jakarta, Rabu, (28/10/2010) pagi, ia secara resmi diterima sebagai Uskup Koajutor di KAJ. Penerimaan itu dilakukan dalam sebuah Misa Agung di Gereja Katedral Jakarta, dan dipimpin langsung oleh Uskup Agung Jakarta Mgr Julius Kardinal Darmaatmaja.
Saat ini, hal yang paling penting bagi Ignatius ialah melaksanakan tugas sebaik-baiknya. “Saya itu kan selalu berfikir sederhana sekali. Tugas uskup yang paling utama adalah berdoa untuk umatnya, bukan manajer, bukan karier, atau apa. Saya yakin sebagai uskup, pimpinan agama pelayan gereja, itu berdoa untuk umat,” pungkasnya.
Keluarga Tekun Berdoa
Ignatius Suharyo lahir dari pasangan Florentinus Amir Hardjodisastra (alm) dan Ibu Theodora Murni Hardjodisastra di Sedayu, Bantul, Yogyakarta, pada 9 Juli 1950. Ia memiliki 9 orang saudara, yaitu 3 perempuan dan 6 laki-laki. Satu dari 9 saudaranya telah meninggal.
Keluarga ini merupakan keluarga Katolik yang taat sehingga panggilan untuk hidup membiara tumbuh subur di keluarga ini. Selain Suharyo, seorang saudara laki-lakinya juga menjadi imam dan dua dari tiga saudarinya menjadi suster (biarawati). Mereka adalah Pastor Suitbertus Sunardi OSC, Sr Marganingsih, dan Sr Sri Murni. 
Riwayat Pendidikan:
- SMA Seminari Mertoyudan, Magelang (1968)
- Sarjana Muda Filsafat/Teologi (1971)
- Sarjana Filsafat/Teologi FKSS IKIP Sanata Dharma, Yogyakarta (1976)
- Doktor Theologi Biblicum Univ Urbaniana, Roma, Italia (1981)
Pengalaman :
1981-1991: Pengajar Sekolah Tinggi Kateketik STFK Pradnyawidya, Yogyakarta
1983-1993: Ketua Jurusan Filsafat dan Sosiologi-FIP IKIP Sanata Dharma, Yogyakarta
1993-1997: Dekan Fakultas Teologi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta
1994-1996: Pengajar Universitas Kristen Duta Wacana Yogyakarta dan pengajar di Unika Parahyangan Bandung
1996-1997: Direktur Program Pascasarjana Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta
1997: Ketua Konsorsium Yayasan Driyarkara
Karya penggembalaan:
- Dosen Pengantar dan Ilmu Tafsir Perjanjian Baru pada Fakultas Teologi Wedabhakti,  Yogyakarta (1989) - Dosen di Sekolah Tinggi Kateketik Kotabaru
- Komisi Kitab Suci Keuskupan Agung Semarang (sampai dengan 1997)
- Ketua UNIO (Persaudaraan Imam Imam Praja Keuskupan Agung Semarang)
- Penulis buku, artikel, penerjemah/penyadur.
Pada 21 April 1997, Bapa Sri Paus Yohanes Paulus II mengumumkan pengangkatannya menjadi Uskup Agung Semarang, menggantikan Julius Kardinal Darmaatmaja, SJ yang diangkat menjadi Uskup Agung Jakarta.
Suharyo ditahbiskan sebagai Uskup Agung Semarang di GOR Jatidiri Semarang dengan semboyannya: Serviens Domino Cum Omni Humilitate Act 20:19 yang artinya “Aku Melayani Tuhan dengan Segala Rendah Hati” (Kisah Para Rasul 20:19).
Pada 26 Januari 2006, Suharyo ditetapkan sebagai Uskup Militer, juga menggantikan Kardinal Julius Darmaatmadja SJ. 



Matakatolik

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Copyright © 2018 MATA KATOLIK Designed by Templateism.com and Supported by PANDE

Diberdayakan oleh Blogger.
Published by Sahabat KRISTIANI