Mata Katolik
Popular Readers
-
Matakatolik.com -Sejumlah tokoh nasional yang menggeluti bidang agama dan perdamaian hadiri acara Forum Titik Temu, di Ritz Carlton Hotel...
-
M ATAKATOLIK, Jakarta - Yohanes Handojo Budhisedjati ditunjuk sebagai Ketua Umum Forum Masyarakat Indonesia Emas (FORMAS). Handojo diper...
-
Matakatolik.com -Untuk Abdul Somad: Saya Tak Butuh Ucapan Selamatmu, Dan Jangan Urusi Iman Agamaku Saya tak pernah mengurusi keyakinan...
-
MATAKATOLIK.COM, Jakarta - Paus Fransiskus, yang memiliki nama lahir Jorge Mario Bergoglio adalah pemimpin Gereja Katolik Roma saat ini. D...
-
Matakatolik.Com - Kementerian Komunikasi dan Informatika akan memulai penataan ulang ( refarming ) Pita Frekuensi Radio 2,3 GHz di 9 klast...
-
Jakarta, MATAKATOLIK.COM - Menteri Investasi Indonesia, Bahlil Lahadalia dikabarkan akan maju sebagai calon Ketua Umum Partai Golkar dala...
-
Ketua Umum Vox Point Indonesia, Yohanes Handojo Budhisedjati MATAKATOLIK.COM, Jakarta - Ormas Katolik Vox Point Indonesia ikut mendukung re...
-
MATAKATOLIK.COM, Jakarta - Kepolisian Republik Indonesia(Polri) akan menggerakkan 4.520 personel keamanan, guna untuk mengamankan, pemimpin...
Solusi Untuk Anda!
Jenderal Myanmar Menjelaskan ke Paus Fransiskus Tak Ada Diskriminasi Agama
Matakatolik.com-Dalam kunjungannya ke Myanmar, Paus Fransiskus bertemu dengan Panglima Militer Jenderal Senior Min Aung Hlaing. Kepada pemimpin umat Katolik sedunia itu, Jenderal Hlaing menegaskan tidak ada diskriminasi agama di Myanmar.
Seperti dilansir AFP, Selasa (28/11/2017), Paus Fransiskus pekan ini mengunjungi Myanmar untuk pertama kalinya. Dia bertemu dengan Jenderal Hlaing selama 15 menit dalam pertemuan yang digelar di kediaman Uskup Agung Myanmar, Kardinal Charles Maung Bo, di Yangon.
Paus berusia 80 tahun ini tinggal di kediaman Uskup Agung Myanmar selama kunjungannya.
Sedikitnya 620 ribu warga Rohingya mengungsi ke Bangladesh sejak operasi militer dilancarkan militer Myanmar di Rakhine pada Agustus lalu. Kebanyakan dari para pengungsi Rohingya itu menyebut pemerkosaan, pembunuhan dan pembakaran rumah-rumah selama operasi tersebut banyak didalangi militer Myanmar yang dipimpin Jenderal Hlaing.
Baik Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) maupun pemerintah Amerika Serikat (AS) menuding militer Myanmar melakukan praktik 'pembersihan etnis' terhadap Rohingya, dalam operasi militernya di Rakhine. Hal itu telah dibantah berulang kali oleh militer Myanmar.
"Myanmar sama sekali tidak memiliki diskriminasi agama. Sama halnya dengan militer kami... Bertindak untuk perdamaian dan stabilitas negara ini," ucap Jenderal Hlaing dalam pertemuannya dengan Paus Fransiskus seperti disampaikan dalam akun Facebook sang jenderal.
"Tidak ada diskriminasi antara kelompok etnis di Myanmar," imbuh Jenderal Hlaing kepada Paus Fransiskus dalam pertemuan itu. Warga etnis minoritas muslim Rohingya tidak memiliki status kewarganegaraan dan tidak diakui sebagai etnis resmi di Myanmar. Akses Rohingya ke pendidikan dan pekerjaan juga dibatasi. Mayoritas warga Myanmar menganggap mereka sebagai imigran gelap dari Bangladesh.
Usai pertemuan itu, juru bicara Vatikan mengungkapkan bahwa Paus Fransiskus dan Jenderal Hlaing membahas 'tanggung jawab besar' otoritas Myanmar pada momen transisi kekuasaan.
Myanmar dikuasai oleh junta militer selama lima dekade hingga pemerintahan sipil yang dipimpin oleh Aung San Suu Kyi berkuasa sejak tahun lalu. Kendati demikian, militer Myanmar masih memiliki kekuasaan atas keamanan dan politik melalui kursi parlemen yang dipegangnya.
Kekerasan militer Myanmar terhadap Rohingya membayangi kunjungan Paus Fransiskus ke Myanmar. Sebelumnya Paus Fransiskus menyebut Rohingya sebagai 'saudara-saudaranya'. Paus Fransiskus akan bertemu dengan Suu Kyi pada Selasa (28/11) waktu setempat. Dia juga akan menggelar dua misa di Yangon. Myanmar memiliki sekitar 700 ribu warga Katolik dari total 51 juta jiwa penduduknya.
Matakatolik
Sumber: Detik.com
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar