Headline News

Anak Guru Menjadi Jenderal Bintang Dua Siap Maju Pilgub NTT




Matakatolik.com-“Keputusan saya sudah bulat. Saya siap maju pada pemilihan gubernur NTT 2018,” demikian pernyatan Marsekal Pertama TNI Robert Soter Marut (RSM), di sela-sela diskusi Publik yang diselenggarakan oleh Forum Peduli NTT pada Mei lalu.

Pria yang kini akrab dengan nama RSM ini, mengakui walau sebelumnya tugas dan pengabdianya tidak banyak menyentu langsung masyarakat Nusa Tenggara Timur (NTT), namun ia yakin tekad dan kemauannya untuk mengabdi dan melayani menjadi modal utama untuk menjadi seorang pemimpin.

“ Seorang pemimpin harus mau melayani rakyat. Kepentingan masyarakat harus menjadi prioritas. Kemauan melayani masyaraka NTT inilah yang menggerakan dan mendorong saya untuk maju Pilgub NTT 2018 Mendatang,” jelasnya. Karir RSM dalam dunia kemiliteran sudah mencapai jabatan tertinggi. Kamis, 8 Januari 2015.

Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) Marsekal TNI Ida Bagus Putu Dunia, melantik Robert Soter Marut menjadi Kepala Dinas Aeronautika Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara (Kadisaeroau), di Markas Besar AU Cilangkap, Jakarta Timur. Ia melanjutkan estafet kepemimpinan yang sebelumnya dijabat Marsma TNI Hasan Londang.

Lewat tugas ini, Robert menjadi “otak” di balik kesiapsiagaan seluruh amunisi dan personel pertahanan udara negeri ini, yang tersebar di 39 pangkalan TNI AU. “Hidup tentara itu harus siap berperang, harus siap siaga sepanjang 24 jam,” tegas RSM.

Dari kesibukan diri dalam dunia kemiliteran. Dari siaga menjaga negara sepanjang 24 jam, kini RSM ingin siap dan siaga melayani masyarakat NTT. RSM meminda haluan pelayanannya. Masyarakat NTT siap manjadi fokus pelayananya. Jika sebelumnya pelayanan lebih fokus pada pertahanan negara, kini RSM ingin memberi suluruh waktu, tenaga, pengalaman dan pikirannya untuk melayani masyarakat NTT. RSM ingin memberi pelayanan terbaiknya untuk kesejahtra NTT.

Ia yakin berkat pengabdian dan pengalamannya di dunia militer dan keinginan tinggi untuk melayani sesama saudara di NTT, menjadi modal utama untuk mengatar masyarakat NTT pada gerbang sejahtera. “Menjadi pelayan dalam memimpin adalah keharusan bagi seseorang pemimpin. Saat ini, saya hanya ingin memberi seluruh waktu, tenaga dan pikiran saya untuk melayani msayarakat NTT,” jelas putra pertama dari sepuluh bersaudara ini.

Ladang Militer RSM Lahir dan Tumbuh dalam Keluarga Guru.

Ayah dan ibundanya seorang pendidik. Maka, pendidikan menjadi hal yang utama dalam keluarganya.

Pria yang berulang tahun pada 22 April menghabiskan masa kanak-kanak seperti anak-anak pada umumnya. Namun setelah menamatkan pendidikan di bangku sekolah dasar, Robert justru bercita-cita menjadi seorang imam. Untuk cita-cita ini, ia pun masuk gerbang pendidikan Seminari St Pius XII Kisol, Manggarai Timur, Flores, Nusa Tenggara Timur.

Ia ditempa dengan sistim pendidikan yang super disiplin. Berorentasi pada kecerdasan nalar dan kesantunan hati dan pekerti dengan aturan super ketat. “Rumah dan pendidikan di seminari menjadi sumber disiplin bagi saya,” kenang Robert. Rupanya, Robert salah satu orang yang dipanggil namun Robert bukan yang dipilih untuk melayani diladang Tuhan.

Robert dipanggil untuk ladang yang lain. Tuhan telah menyediakannya dan Rober diutus untuk mencangkul, merawat dan menjaganya. Setelah menamatkan pendidikan di seminari, ia melanjutkan belajar di SMA Swadaya Ruteng, kini menjadi SMA Negeri I Ruteng. Sejak SMA, Robert memiliki kebiasaan mengotak-atik mesin, bahkan ini menjadi kegemarannya.

Ia suka membongkar lalu memasang aneka mesin. Kebiasaan inilah kemudian yang menugaskan Robert untuk membuat miniatur sebuah roket, ketika sekolahnya mendapat tawaran mengikuti pawai per ingatan Hari Kemerdekaan RI. Dengan senang hati, Robert merancang dan membuat roket tiruan itu. Bahkan, ia pun berperan sebagai astronot tiruan juga. “Saya dibantu teman-teman, membuatkan sebuah miniatur roket ,” ceritanya sembari menebar senyum.

Pengalaman kecil ini terus terpatri dalam sanubari Robert. Bahkan pengalaman membuat roket dan berperan menjadi astronot ini menjadi awal cita-cita Robert menjadi seorang prajurit negara. Robert ingin mengabdikan diri dan melayani masyarakat dengan menjadi punggawa pertahanan negeri ini. Sekolah Menengah Atas berakhir. Robert tetap menggengam erat cita-citanya.

Ia mendaftarkan diri masuk Akademi Angkatan Bersenjata RI pada 1982. Usaha Robert berbuah manis. Dari ribuan pendaftar, Robert dinyatakan lulus. Sekali melangkah maju, pantang untuk mundur. Itulah komitmen Robert selama menjalani pendidikan kemiliteran.

Dengan tekun dan kerja keras, ia melalui aneka pendidikan dan tempaan dunia militer. Bisa jadi, pengalamannya berperan sebagai “astronot-astronotan”, membuat ia memilih Angkatan Udara sebagai ladang pengabdian. Maka ia melanjutkan pendidikan ke Akademi Angkatan Udara (AAU) di Yogyakarta.

Kegemaran dengan dunia permesinan, membuat dia memilih bergabung dalam korps teknisi AU. “Saya memang memiliki minat yang kuat dalam dunia permesinan, terutama pesawat. Maka, ketika pimpinan memilih saya untuk mengurus mesin pesawat, saya berusaha belajar dan menjalankan tugas secara maksimal,” ujarnya.


Kerja Untuk Negara 

Kerja keras, komitmen, serta kedisplinan, telah mengantar Marsekal Pertama (Marsma) TNI Robert Soter Marut menapaki tugas sebagai prajurit negeri ini.

Ada tantangan dan rintangan dalam tapak-tapak perjalanan karirnya di dunia militer. Robert tabah mengasah dan menempa kemampuan sebagai teknisi pesawat. Karir militernya terus menanjak hingga kemudian diangkat sebagai Kepala Dinas Aeronautika TNI AU.

 “Pekerjaan sebagai teknisi pesawat itu ada di balik layar, tapi tidak mudah, karena saya harus memastikan sebuah pesawat layak terbang dan aman bagi awak pesawat. Ini berhubungan dengan nyawa manusia.

Jika standar operasinal tidak diperhatikan bisa berujung kepada kecelakaan dan kematian awak pesawat,” tegasnya. Robert juga terlibat dalam mengupayakan agar Indonesia memiliki pesawat-pesawat tanpa awak alias drone sebagai alat pertahanan negara.

Robert bersama tim aeronautik TNI AU telah mengajukan proposal ke dinas penelitian TNI AU, agar bisa membuat drone di dalam negeri sebagai salah satu sarana pertahanan nasional. Sebenarnya, menurut Marsma Robert, pesawat tanpa awak atau yang dikenal sebagai drone ini, telah digagas sejak 2009.

Untuk mewujudkan sistem pertahanan udara ini, Marsma Robert menggandeng beberapa lembaga pendidikan tinggi, seperti Institut Teknologi Bandung (ITB) dan Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya. Tentang drone, Marsma Robert mengatakan, “Semua ini demi pertahanan negara, serta demi kesejahteraan bersama,” tegas Robert.

Marsma Robert Soter Marut TTL : Manggarai, Flores, 22 April 1959 Istri : Euphemia Anak : Christophorus Soecaesar M. Pendidikan: • SD Todo Manggarai, Flores • SMP Seminari St Pius XII Kisol • SMA Negeri 1 Ruteng • Akademi Angkatan Bersenjata RI (Akabri) • Akademi Angkatan Udara Cranfi eld University Inggris • Sekolah Staf dan Komando (Sesko) TNI • National Institue for Defence Studies, Jepang Tanda Kehormatan: • Satyalancana Dharma Dirgantara • Satyalancana Kesetiaan XXIV Tahun • Satyalancana Kesetiaan XVI Tahun • Satyalancana Kesetiaan VIII Tahun • Satyalancana Gerakan Operarasi Militer VII (GOM Aceh) • Satyalancana Seroja Mataktolik

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Copyright © 2018 MATA KATOLIK Designed by Templateism.com and Supported by PANDE

Diberdayakan oleh Blogger.
Published by Sahabat KRISTIANI